Belajar Tauhid dengan Analogi Selembar Uang Kertas

Novan Arifianto menyampaikan materi Tauhid di hadapan para murid SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo peserta Baitul Arqam di auditorium Ki Bagus Hadikusumo. (Muhamamd Ghulam Zakiyan Fadilah) Senin, 28/3/2023.

Belajar Tauhid dengan Analogi Selembar Uang Kertas; Liputam Alfi Faridian.

PWMU.CO – Baitul Arqam I SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (28/3/2023) mengundang narasumber Novan Arifianto SPdI. Dia menyampaikann materi tentang tauhid. 

Mengawali materi, Ustaz Novan, panggilan akrabnya, berdialog dengan peserta penuh akrab. Pembawaan yang humoris, membuat murid-murid Smamda nyaman dan semangat. 

Trainer Ummi ini menjelaskan, tauhid dibagi menjadi tiga macam. Yakni tauhid rububiahuluhiah, dan asma wa sifat. “Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensidari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang Muslim,” kata dia. 

Ustadz lima anak tersebut menganalogikan antara pribadi Muslim dengan selembar uang rupiah. Dia pun memberi tantangan. Sontak murid-murid menjawab penuh antusias, ketika dia menawarkan siapa yang mau selembar uang berwarna merah itu. 

Menurutnya selembar uang Rp 100 ribu tetap memiliki nilai dan kebermanfaatan walau dalam keadaan rusak. “Demikian juga murid-murid Smamda, juga harus menjadi pribadi yang bernilai dan bermanfaat. Salah satunya dengan menguatkan cinta kepada Allah SWT,” tuturnya.

Murid-murid SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo menyimak materi Tauhid, Senin (28/3/2023). Belajar Tauhid dengan Analogi Selembar Uang Kertas (Dian Arif/PWMU.CO)

Selain pembagian tauhid, alumnus Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo ini menjelaskan tentang TBC (takhayul, bid’ah, k(c)hurafat). Sebagai contoh takhayul adalah mempercayai akan mendapatkan rezeki ketika orang tertimpa cicak, adanya kupu-kupu hinggap di dalam rumah yang dianggap akan ada tamu datang, dan lain-lain. 

Soal bid’ah dia menjelaskan yakni amalan baru dalam ibadah yang belum pernah ada di masa Rasulallah. Ustadz Novan memberi contoh di Lombok melaksanakan shalat hanya tiga waktu. Adapun soal khurafat, dia menjelaskan yakni berkeyakinan sesuatu yang tidak ada dasarnya. Salah satu contohnya menanam ari-ari di depan rumah. ruwat desa, dan sebagainya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version