Majelis Tarjih PWM Jatim Kerja Sama Publikasi dengan PWMU.CO, Ini Bentuknya

Beberapa peserta rapat koordinat. Majelis Tarjih PWM Jatim Kerja Sama Publikasi dengan PWMU.CO (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO)

Majelis Tarjih PWM Jatim Kerja Sama Publikasi dengan PWMU.CO, Ini Bentuknya; Liputan Syahroni Nur Wachid

PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Syamsudin MAg mengatakan Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) sangat penting posisinya di Muhammadiyah, karena merupakan jati diri ideologi dan manhaj perjuangan pemikiran keagamaan Muhammadiyah.

Hal itu dia sampaikan dalam rapat MTT secara daring lewat Zoom, Sabtu (1/4/2023) malam. 

Dia menjelaskan, di tengah kelangkaan kader-kader Muhammadiyah yang memahami dan mumpuni secara keilmuan tentang tarjih dan tajdid, keilmuan keagamaan, dan bahasa Arab, tentu perjuangan dan tantangan MTT cukup berat. Harus fokus dan maksimal, supaya kelangkaan ulama dapat diantisipasi.

Menurutnya, Divisi Kaderisasi dan Publikasi MTT PWM Jatim ini sangat urgent posisinya, terutama dalam proses kaderisasi dan publikasi hasil-hasil putusan tarjih untuk mencerahkan masyarakat Muhammadiyah khususnya dan masyarakat luas umumnya.

“Sampai hari ini, untuk mengantisipasi kelangkaan ulama, metode seperti apa yang akan kita lakukan masih kita cari formatnya. Mudah-mudahan lima tahun ke depan, oleh MTT PWM Jatim sudah ditemukan,” ungkapnya.

Tradisi Literasi Web

Ketua MTT PWM Jatim Dr Ahmad Zuhdi Dh MFil mengatakan salah satu tantangan Muhammadiyah adalah kaderisasi ulama tarjih. “Yang juga sangat penting adalah upaya pencerahan masyarakat. Divisi Kaderisasi dan Publikasi menjadi signifikan perannya dalam memainkan peran ini,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Zuhdi, MTT malam ini mendiskusikan bagaimana membangun tradisi literasi melalui website. Yaitu, media untuk menyosialisasikan putusan tarjih agar dapat diakses lebih mudah oleh warga Muhammadiyah. “Kerja-kerja literasi ini harus dibangun dan dikerjakan secara massif dan intensif,” jelasnya.

“Dulu sempat di PP (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) ada publikasi membuat semacam maktabah syamilah di media PP Tarjih. Awal berjalan namun sekarang tenggelam tidak muncul di (mesin) pencarian,” ujar Zuhdi.

Ketua Divisi Kaderisasi dan Publikasi MTT PWM Jatim Dr Piet Hizbullah menjadi moderator pertemuan kali ini. Piet mengatakan latar belakang kenapa diperlukan zoominar dikarenakan akan diputuskan membuat website tarjih sendiri atau menjadi subdomain dari PWMU.CO.

Menurut Syahroni Nur Wachid, anggota divisi tersebut, ada kelebihan dan kekurangan jika membuat web sendiri. “Kelebihannya bisa leluasa (membuat) kebijakan dan bisa menata sendiri desainnya,” kata dia.

Kekurangannya ialah membutuhkan anggaran tersendiri untuk pembuatan dan perawatannya, seperti sewa hosting atau server dan beli domain baru. “Tidak terlihat di Google jika masih awal atau tidak ada dalam pencarian search engine. Jika di-hack hilang semua datanya,” ujarnya.

Jika menjadi subdomain PWMU.CO, Kelebihannya ialah bisa nyantol Google, tulisan yang dibuat MTT dan trafik besar sehingga syiar MTT lebih luas. “Kekurangannya tidak bebas kebijakan dan desain,” ujarnya.

Masukan Pemred PWMU.CO

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni yang diundang dalam pertemuan tersebut menjelaskan saat ini Muhammadiyah ‘tenggelam’ di dasar Google. 

Menurut dia, dalam pencarian kata kunci tentang fikih atau masalah Islam keseharian di mesin pencari seperti Google, web-web Muhammadiyah kalah dengan web Islam lainnya. Bahkan belakangan ini web-web umum juga ikut membuat konten tentang masalah tersebut sehingga jika dicari di Google, akan muncul di halaman satu bahkan di atas.

Maka ia bersyukur malam itu diundang rapat oleh MTT PWM Jatim. Dia menegaskan, ulama tarjih harus banyak menulis di internet untuk memenuhi kebutuhan itu. 

Sebab kalau tidak, maka warga Muhammadiyah jika mencari sesuatu, misalnya ‘hukum celana cingkrang’, maka akan ketemu web-web lain yang secara pemahaman fikih berbeda dengan tarjih atau Muhammadiyah.  

“Maka perlu diperbanyak konten-konten tarjih agar ketika ada orang yang mencari sumber hukum Islam, tarjih bisa memberi jawaban,” katanya.

Pria kelahiran Lamongan itu mengatakan, masalah-masalah fikih yang dianggap remeh seperti ‘hukum memakan daging kelinci’ tidak boleh diremehkan, sebab ternyata hal itu masih dicari oleh orang awam.

Oleh karena itu, menurutnya, Majelis Tarjih harus lebih aktif memproduksi konten, baik masalah-masalah kini maupun masalah yang akan datang, yang belum terjadi yang harus dibuat jawaban saat ini. Dia mencontohkan tulisan tentang bagaimana shalat di kutub utara yang siangnya 23 jam, ternyata viral. 

“Padahal yang baca tidak mengalami puasa di sana. Itu karena sesuatu yang belum dilakukan orang adalah sesuatu yang menarik,” ujarnya.

Konten-konten yang ditulis itu, kalau mau lebih gampang tinggal ditulis dan dikirim ke redaksi. “Bisa masuk rubrik Kajian, Kajian Ramadhan, atau Opini,” kata Fatoni. Rubrik-rubrik tersebut selama ini hanya diisi oleh beberapa ustadz dan satu ustadzah.

Kalau Majelis Tarjih mau bikin web sendiri dia memberi catatan agar benar-benar dirawat dengan membuat tulisan secara konsisten. “Sebab kalau tidak digarap oleh profesional (yang dibayar) maka pilihannya harus dikerjakan oleh relawan yang benar-benar mau berkorban menekuninya seperti di PWMU.CO,” kata dia.

Maka menjadi subdomain jadi jalan alternatif. Sebab dengan itu Majelis Tarjih masih bisa membuat rubrik yang dikehendaki. Dengan disubdomainkan ke PWMU.CO, maka memudahkan artikel-artikelnya dicari di mesin pencari sebab, saat ini PWMU.CO adalah web Muhammadiyah terbesar kedua dilihat dari peringkat dan jumlah pengunjungnya. Di samping itu tulisan di PWMU.CO sudah memakai indikator SEO (search engine optimization) yang memudahkan muncul saat dicari orang.

Tarjih Jatim

Wakil Sekretaris MTT PWM Jatim Dr Dian Berkah SHI MHI menyampaikan perlunya mendata ulama tarjih se-Jatim yang bisa menulis. Dian pun siap menulis tentang isu menarik di masyarakat. Misalnya tentang hukum waris dan ekonomi Islam yang menjadi bidang keahliannya.

Dia juga mengusulkan agar tulisan-tulisan yang sudah dimuat nanti diterbitkan menjadi buku. 

Di akhir pertemuan Piet Hizbullah meminta persetujuan mengambil langkah bekerja sama dengan PWMU.CO dalam publikasi MTT PWM Jatim. Bentuknya adalah membuat web bernama Tarjih Jatim yang menjadi subdomain PWMU.CO.

“Membutuhkan satu media yang khusus untuk publikasi ketarjihan. Mulai dari HPT (Himpunan Putusan Tarjih), fatwa, isu ketarjihan, atau tanya jawab yang disampaikan masyarakat,” kata dia

Rubrikasi dalam subdomain di PWMU.CO akan ditata agar memudahkan seseorang mencari topik tertentu. Dengan Tarjih Jatim yang redirect ke subdomain tarjihjatim.pwmu.co.

“Media Tarjih Jatim ini akan menjadi rujukan bagi masyarakat khususnya warga Muhammadiyah,” harapnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version