Silakan Masuk Surga dari Pintu Manapun, tapi Nasib Generasi Bangsa Jangan Dilupakan

Silakan Masuk Surga dari Pintu Manapun, Tapi Nasib Generasi Bangsa Jangan Dilupakan, liputan kontributor PWMU.CO Nganjuk Imam Fanani.
Moh Ridwan saat pembukaan Musyda Aisyiyah Nganjuk (Imam Fanani/PWMU.CO)

Silakan Masuk Surga dari Pintu Manapun, tapi Nasib Generasi Bangsa Jangan Dilupakan, liputan kontributor PWMU.CO Nganjuk Imam Fanani.

PWMU.CO – Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-13 Aisyiyah Kabupaten Nganjuk yang digelar Ahad (21/5/2023) diwarnai gelak tawa peserta sebelum Drs Moh Ridwan MAg menyampaikan pidatonya pada seremoni pembukaan.

Sebelum salam, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Nganjuk itu membaca catatan yang tertempel pada podium. “Mohon pidato PDM maksimal 5 menit,” ucap Ridwan yang disambut gelak tawa hadirin yang mayoritas perempuan.

Usai mukadimah, dalam sambutannya Ridwan sempat mengupas syair Mars Aisyiyah.

Di telapak kakimu terbentang surga. Di tanganmulah nasib bangsa.

Menurutnya, ini adalah jalan para ibu-ibu Aisyiyah untuk bisa masuk surga. Sesuai syair lagu ini, surga yang telah melekat di telapak kaki para ibu-ibu akan bisa tercapai jika nasib bangsa juga diperhatikan dan diurusi.

“Silakan masuk surga dari pintu manapun, namun nasib generasi bangsa ini jangan dilupakan. Bangsa harus sukses dulu, harus jaya dulu. Kalau bahasa ke-Nganjuk-an saat ini harus bangkit dulu, baru bisa masuk surga,” ujarnya.

Dia juga berpesan agar pelaksanaan Musyda Aisyiyah berada dalam suasana yang sejuk. Siapapun yang terpilih harus bisa merangkul semua pihak.

“Persyarikatan memiliki peraturan dan kaidah yang harus dipedomani. Mematuhi regulasi organisasi lebih penting dari pada membahas siapa menjadi apa,” jelasnya.

Dia menambahkan, dalam musyda ini peserta memilih pimpinan, bukan memilih ketua. Semua yang terpilih menjadi formatur berhak menjadi ketua. Suara terbanyak tidak selalu harus menjadi ketua.

“Kalaupun suara terbanyak menjadi ketua juga tidak apa-apa. Namun semua harus berdasarkan musyawarah mufakat dan disepakati semua pihak,” tuturnya.

Wujudkan Bangsa Bermartabat

Persyarikatan Muhammadiyah, lanjutnya, merupakan bagian komponen bangsa yang ikut berkontribusi dalam berdirinya Negara Indonesia.

“Maka Aisyiyah yang juga menjadi salah satu komponen kemerdekaan, harus berbuat dengan lebih baik dan lebih bijak dalam mengatasi semua permasalahan bangsa. Terutama berkaitan dengan keluarga, perempuan dan anak,” ungkapnya.

“Seperti tokoh-tokoh Aisyiyah terdahulu, Aisyiyah masa kini juga harus mampu dan berdaya dalam berbagai aspek. Ini demi mewujudkan bangsa yang bermartabat,” ujarnya bersemangat.

Di akhir pidatonya, Ridwan menyampaikan pesan agar para peserta Musyda Aisyiyah melaksanakan permusyawaratan dengan sejuk dan damai.

“Saya juga berharap Musyda Aisyiyah bisa menghasilkan keputusan yang baik, program kerja yang berkualitas dan pimpinan yang mumpuni,” pesannya. (*)

Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version