Lanjutkan Pesan Nadjib Hamid, PDA Sidoarjo Gelar Kegiatan Ini

Lanjutkan pesan Nadjib Hamid, PDA Sidoarjo gelar kegiatan ini; Liputan Kontributor PWMU.CO Sidoarjo Dian R. Agustina.
Darul Setiawan saat menyampaikan penjelasan dalam Upgrading Penulisan Sejarah Aisyiyah Sidoarjo, Rabu (12/7/23) (Fitri Mur Fatimah/PWMU.CO)

Lanjutkan pesan Nadjib Hamid, PDA Sidoarjo gelar kegiatan ini; Liputan Kontributor PWMU.CO Sidoarjo Dian R. Agustina.

PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo mengadakan kegiatan Upgrading Penulisan Sejarah Aisyiyah Sidoarjo, Rabu (12/7/23).

Bertempat di ruang briefing SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda), kegiatan itu dibuka Ketua PDA Sidoarjo Siti Zubaidah Syafi’i. Bu Zubby, panggilannya menyampaikan, kegiatan yang dilaksanakan untuk melanjutkan pesan almarhum Nadjib Hamid untuk menuliskan sejarah perjuangan Aisyiyah Sidoarjo. “Janji kita pada beliau harus terealisasi, karena janji adalah hutang,” pesannya.

Pada acara dengan penanggung jawab dari Lembaga Budaya, Seni dan Olahraga (LBSO) PDA Sidoarjo, itu mengundang narasumber Darul Setiawan, Co-Editor PWMU.CO. Pada awal paparannya, dia menyampaikan kekhawatirannya akan nasib sejarah di Persyarikatan.

“Karena di Muhammadiyah tidak ada momen kultural yang dapat dijadikan sebagai ingatan kolektif warganya. Beda dengan ‘saudara muda’ kita,” ujar sekretaris Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo tersebut.

Maka, lanjut dia, iklim literasi warga Persyarikatan harus terus disemai dengan banyak membaca dan menulis. Salah satunya dengan menerbitkan buku sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah. “Jika itu tidak dilakukan, maka bisa jadi, dua sampai tiga generasi Persyarikatan ke depan akan tercabut dari akar sejarah pendahulunya,” jelas dia.

Tradisi menulis sejarah lokal, ungkap dia, sebenarnya sudah pada tahun 1950-an. “Yakni tradisi menuliskan sejarah organisasi dan riwayat hidup tokoh telah dilakukan beberapa cabang dan wilayah. Namun sempat terhenti beberapa saat kala perhatian Muhammadiyah lebih pada gerakan-gerakan sosial,” papar dia.

Baca sambungan di halaman 2: Peran Kultural Tokoh Persyarikatan

Suasana Upgrading Penulisan Sejarah Aisyiyah Sidoarjo (Istimewa/PWMU.CO)

Peran Kultural Tokoh Persyarikatan

Kebesaran Muhammadiyah dan Aisyiyah, lanjut dia, harus ditulis. Agar organisasi terbesar sedunia ini tidak hanya terdongengkan. “Kita juga berpacu dengan waktu, karena para tokoh Muhammadiyah-Aisyiyah banyak yang sudah wafat,” katanya.

Darul kemudian menjelaskan apa yang bisa ditulis dalam sejarah lokal di cabang masing-masing. Mulai dari perkembangan organisasi hingga biografi tokoh. Dia berpesan, untuk tokoh persyarikatan bukan hanya yang ada di jajaran struktural, namun juga untuk tokoh yang punya peran secara kultural.

Di hadapan perwakilan dari 18 cabang Aisyiyah se-Kabupaten Sidoarjo, dia menekankan, dalam penulisan sejarah harus menyajikan data dan informasi selengkap-lengkapnya. “Tulisan yang bagus harus didukung dengan fakta sejarah. Ada narasumber yang jelas dengan didukung data yang akurat beserta keterangan waktu,” ulasnya.

Wakil Sekretaris Bidang Infokom Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sidoarjo itu melanjutkan, kiprah Aisyiyah harus dituliskan dan semua kegiatan didokumentasikan. “Tokoh Aisyiyah diangkat menjadi bahan literasi para anggota, sehingga rekam jejak bisa dinikmati anak cucu nantinya,” terangnya.  

Dalam kegiatan tersebut, Darul juga mereview beberapa tulisan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) yang sudah selesai, dari PCA Sepanjang hingga Krian. Tak lupa dia mengomentari apa yang perlu dilengkapi dari draft naskah yang sudah disetorkan. (*)

Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version