Tiga Alasan Menolak Konser Coldplay

Tiga Alasan Menolak Konser Coldplay
M Rizal Fadillah

Tiga Alasan Menolak Konser Coldplay oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.

PWMU.CO – Setelah batal rencana pertemuan aktivis dan komunitas LGBT se Asia Tenggara di Jakarta akibat penolakan umat Islam, saatnya penolakan serupa gencar dilakukan untuk membatalkan konser grup band Coldplay yang juga memiliki misi serupa mengampanyekan LGBT. Sejenis penyakit menular yang berbahaya bagi bangsa khususnya generasi muda.

Sebagai negara Pancasila yang berbasis Ketuhanan Yang Mahaesa, maka tidak patut konser yang mengampanyekan LGBT diterima di Indonesia. Alasan seni, hiburan, atau bisnis harus dikesampingkan.

Perbuatan LGBT dikutuk oleh semua  agama. Buktikan bahwa negara Pancasila memiliki wibawa dan martabat di dunia. Siapapun  harus menghargai atau menghormati bangsa Indonesia dengan falsafah negaranya.

Konser Coldplay memang masih cukup lama bulan November 2023 tetapi penolakan harus tetap digaungkan agar kelak ketika gagal tidak terlalu banyak pihak dirugikan. Siap dengan antisipasi dari dampak kegagalan atas terlaksananya konser di Indonesia.

Ada tiga alasan menolak konser Coldplay.

Pertama, aspek budaya dan agama. Budaya bangsa Indonesia tidak memberi ruang pada LGBT. LGBT berbasis pada budaya yang liberalistik, sarwa bebas. Begitu juga dengan agama, tidak ada satu agama pun yang membolehkan LGBT.

Kedua, aspek politik dan keamanan. Kampanye LGBT merupakan serangan politik untuk melemahkan daya tahan bangsa. Penguasa yang permisif menjadi mitra asing dalam mengkhianati negara. LGBT yang dilindungi berpotensi perlawanan dan ini artinya kerusuhan. Keamanan negara terancam.

Ketiga, aspek hukum dan HAM. Perkawinan sejenis itu melawan kodrat dan melawan hukum. Tidak aturan perundang-undangan yang membenarkan LGBT.

Pelaku LGBT tidak bisa dilindungi atas dasar HAM. LGBT bukan HAM tetapi penyimpangan atau penyakit. Melindungi HAM justru dengan mencegah dan menindak LGBT.

Grup band Coldplay khususnya vokalis Chris Martin memang percaya diri dan sudah mem-branding diri sebagai juru kampanye LGBT. Tanpa perlawanan serius konser-konser yang diadakan di berbagai belahan dunia akan sukses menjadi sarana dari misi joroknya. Musik dan hiburan adalah tunggangan yang menarik.

Belajar dari sukses menggagalkan pertemuan aktivis dan komunitas LGBT di Jakarta maka masyarakat khususnya umat Islam harus berjuang kembali untuk menggagalkan pertunjukan konser Coldplay. Ketika mereka mengusik moralitas bangsa, maka kita harus membatasi kebebasan mereka.

Coldplay tidak memiliki alasan untuk diistimewakan. Jika mereka nekat maka masyarakat berhak mengusirnya. Jika pemerintah melindungi maka harus didemonstrasi keras bahwa  pemerintah dinilai pro LGBT. Jika Menteri Sandiaga Uno teriak membela, maka desak Uno untuk mundur. Jika perlu tempuh jalur hukum untuk menghukum arogansinya.

Seperti aturan larangan kampanye LGBT dalam bentuk apapun seperti oleh Ketum DTN PA 212 KH Abdul Qohar. Tampaknya usulan ini harus didukung dan direalisasikan.

Sebagai negara bermoral, maka penting ada pencanangan program atau gerakan “Indonesia bebas LGBT”. Supaya ke depan dapat dicegah perilaku menyimpang LGBT dan dicegah pula penularan dahsyat dari penyakit LGBT ini.

Bandung, 16 Juli 2023

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version