Tips Doa Mustajabah dari Nabi Yunus

H. Nur Muhammad Hasan

PWMU.CO – Tips doa mustajabah Nabi Yunus disampaikan H. Nur Muhammad Hasan SPdI MM, Direktur Baitul Mal Griyo Al-Quran.

Menurutnya, dalam melabuhkan doa-doa yang dipanjatkan, seringkali kita terlupa akan tips doa mustajabah yang dilakukan oleh para salafus saleh. “Salah satu tips yang bisa diupayakan adalah dengan mengikuti mukadimah doa yang dilakukan oleh Nabi Yunus,” ujarnya.

Ustadza Nur Hasan, sapaannya, menyampaikan hal itu dalam kajian rutin bulanan PKK Bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Benowo, di Masjid al-Amin Benowo, Kota Surabaya, Jumat (28/7/2023). 

Pengajian juga diikuti pula oleh 20 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Surabaya. 

Turut hadir Sekretaris PCM Benowo Mardijanto, Ketua RT 02 Ikhwan, Ketua RW 05 Syahrir, serta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Kelompok 37 Dr Mohammad Ikhwanuddin MHI. 

Ustadz Nur Hasan mengungkapkan tips doa mustajabah dari Nabi Yunus sebagaimana dikisahkan dalam Surat al-Anbiya 87:

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

“(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Dia menjelaskan, dalam ayat tersebut, dijelaskan tatkala Zun Nūn, julukan untuk Nabi Yunus bin Matta, meluap-luap amarahnya atas masyarakat atau kaumnya, lalu Nabi Yunus meninggalkan kaum tersebut.

Menurut Ustaz Nur Hasan, dalam Tafsir Ibn Kathīr (Juz V, h. 366) dikisahkan bahwa Nabi Yunus diutus kepada kaum di sebuah desa yang bernama Ninawa (نينوى). Nabi Yunus mengajak kaum kepada pentauhidan Allah. Namun masyarakat Niwana menolak dakwah dan tetap berada dalam kekufuran.

“Atas sikap keras kepala tersebut, Nabi Yunus marah dan memutuskan untuk keluar dari desa. Bahkan sebelum keluar dari desa, Nabi Yunus ‘menyumpahi’ masyarakat agar ditimpa azab dalam tiga hari ke depan,” terangnya.

Nabi Yunus meninggalkan desa dengan beberapa orang yang mengimaninya, menaiki perahu berlayar ke negeri seberang. Masyarakat Niwana yang tersadar atas kekhilafan dan meyakini bahwa seorang Nabi tidak akan berbohong justru merasa ketakutan dan hendak bertobat.

Baca sambungan di halaman 2: Pengantar Doa Dashyat

Pengantar Doa Dashyat

Dalam narasi Ibn Kathīr, pertobatan massal tersebut membuat kaum desa berduyun-duyun menuju tanah lapang (al-saḥra) dengan membawa serta para anak kecil (atfal), hewan ternak (anam wa mawasy), bahkan para ibu dipisah dari anak-anak mereka (farraqu bain al-ummahat wa auladiha), supaya nuansa khidmat dan ketertundukan (tadarru‛) bisa tercipta.

“Kisah pertobatan kaum Nabi Yunus dan sikap iman mereka itulah, yang menyebabkan azab Allah kepada mereka tidak jadi diturunkan, sebagaimana tertuang dalam Surat YUnus ayat 98, bahkan justru Allah memberi sedikit teguran kepada Nabi Yunus, dengan menempatkan Yunus pada ikan besar (paus) selama beberapa hari,” terang Ustaz Nur Hasan.

Dia melanjutkan kisahnya. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus merapalkan :

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Dzikir tersebut terus dirapalkan oleh Nabi Yunus, hingga Allah mengabulkan doa-doa Nabi Yunus, dan menyelamatkannya dari duka durjana. Allah berfirman “Kami lalu mengabulkan (doa)-nya (Nabi Yunus) dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.” (Surat al-Anbiya: 88).

Ustaz Nur Hasan menegaskan, “Inilah sebuah penghantar doa, yang mengajarkan tentang tauhid, bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Sebuah dzikir yang bukan semata menjernihkan diri ini dari hal yang merusak keimanan, namun juga menghiasinya dengan tasbīḥ (penyucian) dan pengakuan diri atas keterbatasan, sebuah posisi seorang hamba yang dengan kesadaran diri mengakui atas kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan.”

Menurutnya, dengan mengikuti tips dari Nabi Yunus, gundah-gulana dan keresahan yang kita rasakan bisa menjadi sirna, bahkan doa-doa yang kita panjatkan juga mudah dikabulkan oleh Allah. Terdapat penegasan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW

عَنْ سَعْدٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ


“Dari Sa’d berkata, Rasulullah bersabda: Doa Dzun Nūn (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: “La ilaha illa Anta, Subḥanaka inni kuntu min al-zalimin”. Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.”

Ustaz Nur Hasan menegaskan, hadits tersebut ada di dalam riwayat al-Turmuzi No. 3505, al-NasaiNo. 10492, Ahmad bin Hanbal No. 1462 dan beberapa kitab hadis lain. Semoga kita bisa meniru tips Nabi Yunus ini, dengan menjadikan dzikir tersebut sebagai pendamping atas doa-doa yang kita panjatkan. (*)

Penulis Mohammad Ikhwanuddin dan Atika Agustina Tarik Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version