Kolaboratif, HW dan Pramuka Kedungadem Menggelar Kemah Kemerdekaan

Kolaboratif, HW dan Pramuka Kedungadem Menggelar Kemah Kemerdekaan.Suasana Bumi Perkemahan Lapangan Desa Panjang (Nathan Videografy/PWMU.CO)
Kolaboratif, HW dan Pramuka Kedungadem Menggelar Kemah Kemerdekaan.Suasana Bumi Perkemahan Lapangan Desa Panjang (Nathan Videografy/PWMU.CO)

PWMU.CO – Kolaboratif, itulah gambaran Hizbul Wathan (HW) dan Pramuka Kecamatan Kedungadem Bojonegoro Jawa Timur.

Mereka menggelar Kemah Kemerdekaan yang dilaksanakan di Lapangan Desa Panjang Kecamatan Kedungadem Bojonegoro. Kegiatan ini diikuti seluruh siswa SD/MI, SMP/MTs Se-Kedungadem, Ahad-Rabu (27-30/8/2023)

Kemah Kemerdekaan diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Tahun Republik Indonesia. Tujuan acara ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antara HW dan Pramuka.

Kwartir Ranting (Kwarran) Pramuka Kedungadem Drs Abdul Wahid mengatakan, adanya kolaborasi HW dan Pramuka di Kedungadem ini bertujuan untuk menjalin kebersamaan dalam menghidupi kepanduan.

“Sehingga kedua pandu memiliki kebersamaan dan persatuan yang kokoh untuk membekali peserta didik menjadi generasi muda yang memaksimalkan setiap potensi yang ada di dalam dirinya, baik itu intelektual, spiritual, sosial, dan fisik,” katanya.

Diwawancarai PWMU.CO pada Selasa (29/8/2023), Ketua Kwarcab HW Kedungadem Edi Keshadi SPd menjelaskan, kemah kemerdekaan ini mengingatkan bahwasanya gerakan kepanduan Hizhul Wathan dan Pramuka merupakan gerakan kepanduan yang mendidik kita untuk membela tanah air.

“HW itu didirikan oleh KH Ahmad Dahlan jauh sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1918 dengan nama Padvinder Muhammadiyah di Yogyakarta. Kemudian diganti dengan nama Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1920, sehingga HW berkembang di seluruh nusantara,” paparnya.

Pak Edi sapaan akrabnya menjelaskan, selama kependudukan Jepang dan perang kemerdekaan (1942-1950), kepanduan HW terpaksa tidak aktif dan pada Tahun 1950 Kepanduan HW diaktifkan kembali hingga tahun 1961.

“Sedangkan pada Tahun 1961 dengan adanya Kepres No 238 Tahun 1961, semua pandu di Indonesia melebur menjadi Pramuka,” pungkasnya. (*)

Penulis Samsul Arifin Editor Nely Izzatul

Exit mobile version