PM Malaysia dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Bertemu, Bicarakan Masalah Ini

Anwar Ibrahim, kiri, menerima cendera mata dari Haedar Nashir.

PM Malaysia
Anwar Ibrahim, kiri, menerima cendera mata dari Haedar Nashir.

PWMU.CO – PM Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim di sela acara KTT ASEAN bertemu Ketua Umum PP Muhammadiyah di Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan itu Haedar menyampaikan ucapan selamat Hari Kemerdekaan Malaysia, 31 Agustus.

Haedar juga berterima kasih sudah diberikan izin mendirikan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Padang Besar, Perlis.

Keduanya membahas rencana kerja sama multi sektor. Haedar tidak memungkiri peran Seri Anwar Ibrahim atas terbitnya izin pendirian UMAM. Bahkan dia menyebut peran Anwar Ibrahim atas UMAM sejak sebelum dia menjadi PM Malaysia.

“Kami juga memohon izin, sesuai regulasi untuk mendirikan sekolah Muhammadiyah di samping TK yang sudah ada di Malaysia atau Kuala Lumpur. Di samping kita mempunyai Muhammadiyah Australian College tentu kami juga akan mendirikan sekolah Muhammadiyah di Malaysia,” kata Haedar Nashir seperti ditulis muhammadiyah.or.id.

Dalam pertemuan tersebut PP Muhammadiyah juga menyampaikan dukungan agar Muhammadiyah meningkatkan mitra di Malaysia. Dia berharap, selain menjalin kerja sama dengan pemerintah, Muhammadiyah juga akan membangun sinergi dengan swasta di negeri jiran tersebut.

 ”Termasuk dalam program ekonomi, di mana ini termasuk problem besar umat Islam di Indonesia, Malaysia maupun di negara-negara ASEAN,” sambung Haedar.

Menurutnya, itu sebagai titik awal umat Islam sebagai yang terbaik, dan memberikan kebaikan bagi semesta. Ikatan baik yang terbangun antara Muhammadiyah dengan Dato Seri Anwar Ibrahim sudah terjalin sejak lama.

Pasalnya sebelum jadi Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim merupakan aktivis pergerakan Islam yang akrab dengan Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya.

Berangkat dari kedekatan sejarah dan pemikiran, Haedar berharap ke depan antara Pemerintah Indonesia dengan Malaysia bisa saling mendukung untuk backup peran dan movement dari kaum muslim Indonesia-Malaysia agar bertumbuh jadi kekuatan elaboratif, kolaboratif dan kohesif. 

“Kita juga perlu menyambung mata rantai gerakan Islam muda modernis, agar Islam Malaysia dan Islam Indonesia terus bersambung untuk memainkan peran muslim muda Indonesia-Malaysia menyambut masa depan bangsa,” ungkapnya.

Harapan untuk KTT ASEAN

Sementara menyambut KTT ASEAN, Muhammadiyah berharap Indonesia-Malaysia bisa saling menguatkan sinergi dan kolaborasi.  Poros Indonesia-Malaysia diharapkan menjadi kekuatan kohesif di Asia Tenggara, dan di tingkat global. Sehingga mendorong pergerakan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keagamaan sebagai kekuatan penting bagi bangsa-bangsa.

Sebagai negara dengan kekuatan Islam terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia juga diharapkan menjadi kekuatan yang berperan dalam menciptakan persatuan dan perdamaian global. Bersama dengan negara-negara Islam lain seperti Turki, diharapkan negara-negara muslim ini menjadi kekuatan alternatif dan kolaboratif dengan bangsa dan negara lain di tengah perkembangan geopolitik yang kompleks.

“Karena dunia memerlukan sumber nilai agama, dalam hal ini Islam sebagai rahmatan lil alamin sebagai kekuatan yang mendamaikan, mempersatukan, yang memajukan kehidupan. Lebih dari sekadar persaingan politik, ekonomi global. Saya pikir kekuatan paradigma muslim bisa menjadi kekuatan baru,” kata Haedar Nashir.

Haedar bersyukur atas semua yang disampaikan tersebut, Dato’ Seri Anwar Ibrahim merespons positif. Bahkan dalam pertemuan tersebut Dato’ juga mengenang perjumpaannya dengan tokoh-tokoh muslim Indonesia. Dia juga mengapresiasi gerakan poros kaum muda Indonesia-Malaysia untuk berkolaborasi, dan Muhammadiyah diharapkannya untuk mengambil prakarsa melalui pelatihan dan aktivitas lainnya.

“Muhammadiyah memang diharapkan oleh yang mulia untuk menjadi katalisator untuk mengambil prakarsa, menyatukan — membangun kolaborasi kaum muda Indonesia dan Malaysia. Dan untuk peran dunia Islam tentu memerlukan kebersamaan dengan negara-negara muslim dan Malaysia memang melakukannya dengan bertahap. Saya pikir memang tidak bisa dengan tergesa-gesa, tetapi perlu sistemik yang berkelanjutan,” tandas Haedar.

Pertemuan ini ditindaklanjuti di Kuala Lumpur, Malaysia untuk membahas kolaborasi, kerja sama, dan komunikasi antara Muhammadiyah dengan Malaysia

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version