Ciri Islam Berkemajuan Bedanya dengan Islam Berkemunduran

Ciri Islam berkemajuan
Syafiq A Mughni di tengah peserta Baitul Arqam PWA Jatim. (Hidayah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Ciri Islam Berkemajuan dikupas dalam pelaksanaan Baitul Arqam Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur di Trawas Mojokerto, Sabtu (2/9/2023).

Tampil di hari pertama sebagai pemateri pembuka Prof  Dr H Syafiq A Mughni MA yang menyuguhkan materi Risalah Islam Berkemajuan dalam Implementasi Kepemimpinan Profetik.

”Jika ada term Islam berkemajuan, apakah ada Islam berkemunduran?” tanyanya sebagai pemantik berpikir kritis peserta.

Syafiq menjelaskan, posisi Islam berkemajuan dalam Muhammadiyah adalah sebagai distingsi yakni pembeda antara Islam murni dengan Islam yang tidak sesungguhnya.

Kedua, sebagai identitas. Ketiga sebagai ideologi yang mencakup di dalamnya sebagai keyakinan dan cita-cita yang harus dipegang teguh.

”Islam adalah agama yang membawa kemajuan jika dipahami dengan benar dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh,” tambahnya.

Syafiq juga menjelaskan lima ciri Islam berkemajuan yang menjadi pembeda dari Islam berkemunduran.

”Satu, berlandaskan pada tauhid. Kedua, bersumber pada al-Quran dan sunnah. Ketiga, menghidupkan ijtihad dan tajdid, lalu mengembangkan washatiyah. Dan yang terakhir mewujudkan rahmat bagi seluruh alam,” jelasnya.

Secara tekstual, Islam adalah agama yang unggul. Al-Islam ya’lu wala yu’la alaih. Maka kita harus menjadi umat yang unggul karena kita adalah umat terbaik. Khoiru ummah yang Allah ciptakan untuk membawa rahmat (rahmatan lil alamiin). Umat Islam adalah pemegang mandat di bumi (khalaif fil ard) guna menciptakan Islam sebagai agama peradaban (dinul hadharah).

Kepemimpinan Profetik

”Diperlukan kepemimpinan profetik yang berasal dari Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sebelumnya yang mempunyai misi kepemimpinan yang transformatif,” tambahnya.

Misi kepemimpinan transformatif mempunyai ciri dan semangat humanisasi yang mempertinggi derajat manusia.

Kedua, liberasi yang membebaskan dari kemiskinan dan kebodohan. Terakhir, transendensi yang memperkuat nilai-nilai spiritual.

”Pemimpin itu etikanya harus ikhlas, jujur, dan adil. Sebagai pemimpin haruslah bisa memotivasi, berwawasan dan mempunyai skill mumpuni,” jelasnya.

Syafiq berpesan, kita tidak perlu mengklaim bahwa kita sudah mengimplementasikan Islam berkemajuan. Tugas kita adalah berusaha untuk terus berproses menjadi lebih berkemajuan.

”Islam berkemajuan tidak ada titik akhirnya tapi kita terus berproses menjadi lebih baik dan lebih maju lagi,” tandasnya.

Penulis Nurul Hidayah  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version