Tabligh Akbar IPM Mamsaka Wujudkan Insan Berakhlakul Karimah

Tabligh Akbar IPM Mamsaka bersama Ustadz Muhammad MPdI sebagai narasumber (Wahidul Qohar/PWMU.CO)
Tabligh Akbar IPM Mamsaka bersama Ustadz Muhammad MPdI sebagai narasumber (Wahidul Qohar/PWMU.CO)

PWMU.CO – Tabligh Akbar digelar Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) MA Muhammadiyah 1 Karangasem (Mamsaka) Paciran Lamongan Jawa Timur.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengusung tema Mewujudkan Insan yang Berakhlakul Karimah, Ahad (1/10/2023).

Hadir Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Ustadz Muhammad MPdI sebagai narasumber. Acara berlangsung di Masjid Al-Karomah Padeg, Paciran.

Ketua panitia, Nibras Adi Rahman mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk antisipasi terhadap permasalahan yang mungkin terjadi di kehidupan masyarakat.

“Sehingga perlu adanya penanaman akhlakul karimah yang menjadi jalan dalam memperbaiki moral bangsa. Selain itu diharapkan dengan kegiatan ini mampu mencegah kemerosotan nilai moral yang dihadapi oleh setiap insan yang berakal dan beradab,” katanya.

Dia berharap, tabligh akbar dengan tema akhlakul karimah ini juga dapat menjadikan kader IPM Mamsaka sebagai anak muda yang menjadi garda terdepan dalam mengatasi persoalan krisis moral.

Akhlak Karimah Syarat Masuk Surga

Sementara itu, Ustadz Muhammad mengungkapkan, al-Qur’an telah menjelaskan bahwa memiliki akhlakul karimah merupakan syarat masuk surga serta mendapatkan keutamaan melihat Allah yang menjadi tujuan tertinggi seorang mukmin.

“Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Yunus ayat 26, yang artinya Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi oleh debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya,” terangnya.

Dia menambahkan, selain keutamaan berakhlakul karimah, manusia juga harus tetap berperilaku baik dan menjaga ucapan ketika disakiti, dikucilkan dan tidak dianggap dalam pergaulan.

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (QS. AL-Furqan ayat 63)” jelasnya.

Kegiatan diakhiri sesi tanya jawab sebagai penutup. Hal ini agar para siswa lebih kritis terhadap fenomena kontemporer. Selain itu para siswa juga dapat mendiskusikan persoalan dalam lingkup anak muda di era modern ini, yang membutuhkan pencerahan dan nasehat agar dapat mereka amalkan dalam kehidupan sehari-hari. (*)

Kontributor Wahidul Qohar dan Muhammad Bilal Prasetyo Editor Nely Izzatul

Exit mobile version