Empat Ciri Kader Aisyiyah Sejati 

Suasana pengajian Majelis Tabligh PCA Dau. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Empat ciri kader Aisyiyah sejati dikupas dalam Pengajian Umum Perdana Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Dau Kabupaten Malang, Jumat (13/10/2023). 

Kegiatan diselenggarakan di Masjid Muhammad Salim Jetak Ngasri, Mulyoagung, Kecamatan Dau. Sebanyak 172 jamaah menghadirinya. Pembacaan ayat suci al-Quran dengan tartil oleh Erma Yuliati, anggota Divisi Keluarga Majelis Tabligh, mengawali acara.  

Wakil Ketua yang mengoordinatori Majelis Tabligh PCA Dau Choirun Niswati menyampaikan sambutan. “Program Pengajian Umum merupakan bagian dari Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) yang merupakan program masif dari Pimpinan Pusat Aisyiyah,” jelasnya. 

Rurun, sapaan akrabnya, menambahkan, program ini akan digelar rutin tiap bulan dengan lokasi bergantian seDau. 

Ketua PCA Dau Tatik Chusniati lantas membakar semangat jamaah dengan hadist yang diusungnya. 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ 

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no. 2699) 

Tatik juga mengapresiasi membeludaknya jamaah pengajian perdana ini. “Subhanallah sangat mengharukan sekali. Saya bangga sekali pada panjenengan semua. Dari semua ranting hadir, bahkan yang teratas dari Gunung Kucur dan Princi. Terima kasih,” ujarnya. 

Dia lantas menukil hadits HR Muslim No. 2699. 

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه 

Artinya, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” 

Dari hadist di atas, Tatik menyampaikan, berkumpulnya manusia di masjid untuk menuntut ilmu akan mendatangkan sakinah (ketenangan) dan mendapatkan rahmat. “InsyaAllah kita semua akan mendapatkan ketenangan dan rahmat dari Allah. Malaikat melingkupi kita. Dan Allah akan membangga-banggakan kita sebagai umat terbaik di sisiNYA,” jelasnya. 

Baca sambungan di halaman 2: Empat Ciri Kader Aisyiyah Sejati 

Seluruh jamaah pengajian perdana Majelis Tabligh PCA Dau. (Istimewa/PWMU.CO)

Empat Ciri Kader Aisyiyah Sejati 

Wajdiyyah, narasumber pada Pengajian Umum Perdana ini, mengupas ciri kader Aisyiyah sejati. Mubalighat Aisyiyah Malang ini memaparkan, “Beraisyiyah itu mudah dan menggembirakan bu. Saya sudah buktikan sendiri. Kalau kita ikhlas karena Allah, maka semua terasa mudah dan menggembirakan.” Ujarnya mengawali kajiannya. 

Dia memaparkan empat ciri kader Aisyiyah sejati. Satu, Aisyiyah itu kokoh imannya. “Aisyiyah itu intinya menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Kokohkan imannya bu. Ini sebagai dasar” jelasnya. 

Kedua, selalu berusaha membaguskan ibadah. “Membaca dan mengkaji al-Quran tidak boleh ada kata libur. Harus rutin. Al-Qurannya dibaca, dipahami, dihafalkan, dan diamalkan.” jelasnya. 

Dia juga menekankan pentingnya shalat malam. Sebagai kader Aisyiyah, sambungnya, harus selalu bangun shalat malam dan meminta kepada Allah. 

Ketiga, menyempurnakan dan memuliakan akhlaknya. Keempat, dermawan dalam bersedekah. “Aisyiyah tidak boleh pelit. Hidup sederhana boleh, tapi jangan pelit. Kita harus bisa menjadi contoh bagi anak dan masyarakat,” tuturnya. 

Dalam sesi tanya jawab, dua penanya menyampaikan pertanyaannya. “Mengapa masih ada orang yang ibadahnya bagus tapi kok hidupnya masih tampak ruwet seperti tidak ada keberhasilan sama sekali?” tanya Eka dari PRA Jetis. 

Fitri yang juga dari PRA Jetis menjadi penanya kedua. Dia menanyakan tips mengistikamahkan ibadah anak. Menjawab dua pertanyaan jamaah itu, Wajdiyyah mengatakan, “Allah lebih tahu yang terbaik untuk hamba-NYA.” 

Kesusahan yang diberikan, lanjutnya, bisa bertujuan sebagai penguat keimanan seseorang. “Ada yang diberi balasan langsung di dunia, dan ada yang diberi di akhirat kelak,” jawabnya menggapai penanya pertama.


Mengistikamahkan anak dalam beribadah itu adalah hal yang mudah. “Sangat mudah. Ibunya istikamah dulu. Sehingga anak melihat. Ibu harus bisa menjadi teladan dan istikamah. Itu kuncinya!” tuturnya mengakhiri kajian. (*) 

Penulis Nurul Hidayah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version