Upacara Sumpah Pemuda dengan Baju Adat Nusantara

Upacara Sumpah Pemuda
Upacara Sumpah Pemuda di SD-MI Muhammadiyah Kota Pasuruan. (Iknadiya/PWMU.CO)

PWMU.CO – Upacara Sumpah Pemuda berlangsung di halaman SD-MI Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan, Sabtu (28/10/2023).

Siswa-siswi dan seluruh dewan guru telah berbaris dengan rapi di halaman sekolah. Begitu juga dengan petugas upacara telah siap sejak pagi. Petugas upacara mengenakan pakaian adat dari berbagai suku di Indonesia.

Bertindak pemimpin upacara Ikhsan Farudin kelas 6. Ikhsan  tampil percaya diri mengenakan busana adat Bali. Suaranya lantang menertibkan barisan.

Jepri yang berbusana batik sebagai pembawa acara membacakan susunan acaranya.

Setelah persiapan pasukan, pembina upacara Suyatno SPd, Kepala SD Muhammadiyah 1 memasuki lapangan. Komandan upacara memberi aba-aba penghormatan dan laporan upacara siap dilaksanakan.

Acara berikutnya membacakan teks Pancasila oleh Jekli Catur Achmad. Dia berpakaian seperti pahlawan Imam Bonjol dari Sumatra Barat.

Setelah itu Erika yang tampil dengan cantik dengan busana putih dengan lantang membacakan teks Sumpah Pemuda. Ia siswa kelas 5.

Kemudian sambutan oleh pembina upacara Suyatno. Dengan suara lantang dia mengucapkan salam dan pekik merdeka.

Suyatno mengenakan busana dalang. Pakai blangkon, baju lurik, jarit, dan sandal. Dia menuturkan  tentang sejarah awal lahirnya Sumpah Pemuda.

”Bangsa kita yang besar dulu bernama nusantara kaya raya, subur makmur dan sejahtera,” katanya. ”Setelah datangnya penjajah akhirnya menjadi miskin, bodoh, dan menderita terpecah belah.”

Dia bercerita, lantas muncullah para pejuang di seluruh rakyat nusantara di antara para pemuda yang terdidik dan sadar untuk persatuan dan kesatuan adalah senjata yang bisa mengusir penjajah.

Pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 di Jakarta para aktivis pemuda dari berbagai organisasi berunding. Mereka utusan pemuda Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Maluku sepakat berikrar yang dikenal sebagai sumpah pemuda.

Kesatu, kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua, kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga, kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

”Maka dari itu kita harus rukun, bersatu padu untuk tetap menjaga tumpah darah, bangsa dan bahasa ini tetap utuh dengan beragam budaya, suku, ras, bahasa tetapi tetap Indonesia,” tandas Suyatno.

Upacara Sumpah Pemuda di SD-MI Muhammadiyah Kota Pasuruan diakhiri dengan pembacaan doa oleh  Devi Maghfiroh kelas 6 yang berbusana adat jawa.

Penulis Iknadiya Ghina Amira Afifah  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version