Kajian Ideopolitor: Jangan Tertukar dengan Ideologi Lain

Kajian Ideopolitor
Ir Tamhid Masyhudi ceramah Ideopolitor di Capacity Building PDM Kota Pasuruan. (Bakhtiarin Perihatin Bakhri )

PWMU.CO – Kajian Ideopolitor PDM Kota Pasuruan berlangsung di acara Capacity Building di Rumah Makan Kebon Pring, Ahad (5/11/2023).

Salah satu narasumber Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Ir Tamhid Masyhudi.

Acara diikuti anggota PDM, PCM, PCA, Ortom, pimpinan amal usaha dan majelis-lembaga.

Dalam paparannya Tamhid Masyhudi mengatakan, merujuk pernyataan Kuntowijoyo bahwa  lahirnya intelektual-intelektual  muslim di Indonesia berawal dari Muhammadiyah.

Cendekiawan Nur Cholis Madjid juga pernah mengatakan, sumbangan Muhammadiyah untuk memajukan bangsa dan negara ini sangat besar, tidak ternilai harganya.

Dia memberikan contoh ketika negara tertimpa bencana, saat gunung Semeru di Lumajang meletus, yang paling duluan datang adalah MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) dan yang pulang paling terakhir juga MDMC.

”Semua ini dilakukan untuk siapa? Semua itu dilakukan untuk membantu pemerintah. Sangat banyak peran dan sumbangsih Muhammadiyah pada negara ini,” tuturnya.

Karena itu dia menyerukan mantapkan bermuhammadiyah akan banyak hal yang kita peroleh. Menjadi kader Muhammadiyah bermanfaat untuk masyarakat.

Tamhid menuturkan, konsolidasi ideologi penting. Tatkala kita melakukan Musyda, Musycab, Musyran itu bagian dari konsolidasi.

Dalam konsolidasi ideologi tersebut, sambungnya, memberikan penguatan bahwa kita bermuhammadiyah itu tidak akan tertukar dengan ideologi lain.

”Karena kita sudah meyakini bermuhammadiyah sebagai gerakan al-Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku,” tandasnya.

Dia menambahkan, kegiatan Capacity Building ini dilakukan untuk peningkatan kualitas pimpinan.

Kajian Ideopolitor, ujar dia, menjadi sarana kita untuk memantapkan pemahaman bagaimana memiliki ideologi yang kuat, serta pemahaman politik kita yang tidak mudah terkecoh dan kemudian organisasi kita menjadi mantap.

Konsep Islam Berkemajuan yang diputuskan dalam Muktamar ke-48 di Solo, kata dia, menjadi modal merespon perubahan zaman yang oleh tokoh Muhammadiyah disebut sholihun likulli zamanin wa makanan.  Artinya, Muhammadiyah selalu hadir di setiap waktu dan tempat di manapun berada dengan membawa sifat Islam yang berkemajuan.

Rumusan Islam Berkemajuan, dia menjelaskan, penggiat Muhammadiyah memiliki, pertama, tauhid yang murni.

Kedua, memahami al-Quran dan as-sunnah secara mendalam dengan pendekatan bayyani, burhani, dan irfani.  

Bayani menggunakan tekstualnya, burhani kontekstualnya, dan tasawuf mpendekatan irfaninya. Menurut dia, hal tersebut menjadi penting, oleh karena menjadi tokoh Muhammadiyah harus menggunakan kemampuan pola pikir dan daya pikir supaya Islam menjadi maju.

Ketiga, menghidupkan ijtihad dan tajdid dalam semua dimensi kehidupan.

Keempat, wasathiyah dalam pemikiran dan perbuatan. Kelima, membawa rahmat bagi semesta alam.

Penulis Bakhtiarin Perihatin Bakhri   Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version