![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/11/Anies-ungkap-guru-P3K-tetap-mengajar-di-swasta-.jpg?resize=720%2C366&ssl=1)
Korup tapi Aman
Anies pun lanjut menanggapi terkait negara korup tapi aman. Menurutnya, dalam jangka pendek mungkin itu memberikan kenyamanan. “Ketika Anda dibiarkan korupsi, tapi aman, tenang. Tapi dalam jangka panjang, itu akan menciptakan ketimpangan yang bisa meletup menjadi masalah sosial!” ungkapnya.
Karena begitu ada korupsi, sambung Anies, otomatis itu artinya kebijakan-kebijakan yang seharusnya dirasakan oleh orang banyak, dana yang seharusnya bisa dirasakan oleh semua, berhenti di kelompok-kelompok tertentu saja. Maka Anies menekankan, “Dalam jangka panjang ini eksplosif. Jangka pendek mungkin belum.”
Kemudian alumnus Universitas Illinois Utara ini menyatakan, “Pengalaman kami, ketika kita melihat korupsi itu dibiarkan, efeknya langsung di rakyat. Contoh, daerah yang di pedalaman, dari kota 20-30 kilometer, jalannya dikorup, maka rusak itu dengan mudah! Ada contohnya banyak.”
Apa kemudian konsekuensinya? Anies mengungkap, “Peternak-peternak yang memproduksi telur misalnya. Itu ketika perjalanan, 20-30 persen telurnya rusak di jalan. Orang tidak menyambungkan mahalnya harga telur dengan korupsi. Padahal kenapa harga telur di pasar mahal? Karena dia hanya bisa menjual 70 persen, 30 persennya rusak di jalan. Kenapa rusak di jalan? Karena jalannya dikorup.”
Jadi Anies menegaskan, korupsi punya dampak langsung sesungguhnya dalam pasaran. “Lihat, bagaimanapun juga korupsi ini harus diberantas. Nol belum tentu bisa tapi ikhtiar memberantas itut harus terus dilakukan!” tegas Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta sejak periode 2017 itu.
Maka Anies berpendapat, inilah pentingnya mengapa nilai itu harus dipegang. “Orang kalau punya nilai belum tentu menjalankan nilai itu setiap waktu. Tapi kalau dia menyimpang, dia tahu ke mana harus kembali. Kalau tidak punya nilai, dia menyimpang, Karena dia tidak tahu ke mana kembali karena dia tidak memiliki nilai,” ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada itu.
Di situlah, kata Anies, mengapa kepemimpinan nasional harus memiliki ideologi. “Kepemimpinan nasional harus punya nilai. Sehingga ketika dia melakukan kebijakan-kebijakan yang mungkin tidak sejalan dengan ideologi yang dipegang, dia tahu kapan harus kembali. Termasuk soal bagaimana pemerintah yang bersih itu,” tutupnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post