![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2023/12/WhatsApp-Image-2023-12-02-at-19.15.24-1.jpeg?resize=1200%2C775&ssl=1)
PWMU.CO – Di Etiopia, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti berbicara tentang tantangan global yang dihadapi manusia dan bagaimana peran universitas.
Abdul Mu’ti menjadi speaker dalam International Public Lecture bertema The Role of Universities in Addressing Global Challenges yang digelar oleh Harambee University di Harambee Mall, Addis Ababa, Etiopia, Sabtu (2/12/2024)
“Impian kami adalah hidup di dunia yang damai dan sejahtera penuh kebahagiaan, persahabatan, dan persaudaraan. Namun, mimpi seperti itu sepertinya hanya mimpi. Kita hidup di planet yang memiliki begitu banyak masalah dan tantangan,” ucapnya bahasa Inggris.
Menurutnya ada ribuan tantangan, namun karena keterbatasan waktu, dia hanya akan membahas secara singkat tiga tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini.
Mu’ti mengatakan, tantangan pertama adalah perubahan iklim. Menurut dia, saat ini masyarakat sangat prihatin dengan perubahan iklim dan dampak buruknya terhadap masa depan umat manusia dan dunia. Dampak perubahan iklim dapat diamati dan mengkhawatirkan di banyak aspek kehidupan duin.
Tantangan Perdamaian
Tantangan kedua adalah perdamaian dan keamanan. Saat ini, warga seluruh dunia menyaksikan perang Israel dan Palestina. Lebih dari 20 ribu orang dari kedua belah pihak terbunuh, termasuk orang-orang yang tidak bersalah terutama perempuan dan anak-anak.
“Perang itu terjadi lebih dari satu abad dan menimbulkan perhatian dan ketegangan global. Dunia juga menyaksikan perang antara Rusia dan Ukraina serta perang saudara di beberapa negara Afrika, Asia, dan Amerika,” kata dia, dalam relis yang diterima PWMU.CO Sabtu malam.
Dia menjelaskan, perdamaian dan keamanan tidak hanya soal tidak adanya peperangan, namun juga menyangkut banyak aspek kemanusiaan seperti adanya jaminan sosial, spiritual, dan psikologis.
Kata Abdul Mu’ti masyarakat juga prihatin dengan tantangan pelanggaran hak asasi dan perdagangan manusia. Para pencinta perdamaian prihatin dengan meningkatnya islamofobia, xenofobia, anti-semitisme, rasisme, genosida, dan bentuk kebencian lainnya.
Tantangan ketiga adalah keberlanjutan manusia. “Terus terang, tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai kesepakatan dunia belum sepenuhnya dilaksanakan. Ada jutaan anak yang buta huruf karena tidak tersedianya akses terhadap pendidikan,” katanya.
Karena kemiskinan, lanjutnya, jutaan anak harus bekerja, menderita karena kekerdilan, kekurangan gizi, dan sebagainya. Selain itu, ada juga tantangan populasi yang menua. Menurutnya perubahan struktur keluarga dan nilai-nilai sosial telah menimbulkan permasalahan pada persaudaraan dan martabat manusia.
Baca sambungan di halaman 2: Bagaimana Universitas Mengatasi Tantangan di Atas?
Discussion about this post