Perkembangan Pesat Dunia Digital, Pilih Berenang atau Tenggelam?

Sonny Zulhuda saat diwawancarai PWMU.CO. Perkembangan Pesat Dunia Digital, Pilih Berenang atau Tenggelam? (Nafisa Ccesva/PWMU.CO)

PWMU.CO – Perkembangan pesat dunia digital menjadi pembahasan menarik dalam seminar internasional bertajuk ‘Education for Global Impact’ di Auditorium KH AR Fachruddin, Sabtu (13/1/2024). Kegiatan ini sebagai rangkaian perayaan Milad Ke-48, SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur.

Dosen International Islamic University Malaysia Dr Sonny Zulhuda, yang menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut menjelaskan, tema tersebut sangat erat kaitannya dengan dunia digital. Dia mengulas tentang hukum dan keamanan siber.

Menurut Sonny, orang-orang saat ini sangat berketergantungan terhadap handphone (gadget) dan akan merasa khawatir, bahkan takut, jika handphone mereka dipegang oleh orang lain. Dia lalu membuktika dengan menginstruksikan agar para peserta saling bertukar gadget dengan orang di sebelahnya.

Handphone sudah menjadi perpanjangan data hidup kita. Kita merasa khawatir kalau handphone kita tidak berada di genggaman kita. Kalau handphone kita dipegang atau dibawa orang lain. Takut akan kehilangan data-data,” katanya.

Menurut Sonny fenomena digital yang terjadi pada saat ini, jumlah gadget yang lebih banyak daripada manusia itu sendiri. “Mungkin satu orang bisa punya 2 atau 3 gadget,” imbuhnya.

Sebab, lanjutnya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dan pesat. Oleh karena itu penting untuk selalu bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada kata mundur dalam menggunakan gadget dalam berbagai aspek.

Its either to swim or to sink (pilihannya adalah untuk berenang atau tenggelam),” tandasnya.

Baca sambungan di halaman 2: Perkembangan Artificial Intelligence

Sonny Zulhuda saat diwawancarai PWMU.CO (Nafisa Ccesva/PWMU.CO)

Perkembangan Artificial Intelligence

Lebih lanjut, Sonny menyinggung perihal perkembangan dan pemanfaatan artificial intelligence (AI) yang belakangan semakin masif dalam mendukung proses pembelajaran.

Menurut dia, adanya teknologi AI yang begitu cerdas, bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan muriduntuk mengerjakan tugas-tugas mereka dengan mudah. Tapi sebaliknya, dosen dan guru-guru harusnya juga bisa menggunakan AI untuk mengecek apakah tugas-tugas muridnya adalah hasil karangan AI atau bukan.

“Tapi, faktanya kecanggihan AI justru membuat itu tidak sulit untuk dilakukan. Hasil karangan murid yang awalnya bisa ketahuan melalui platform atau teknologi AI lain, ternyata dapat lolos dari pengecekan karena kecanggihannya,” ungkap Sonny.

Sonny berpendapat, perkembangan digital dalam teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat, pesat dan masif itu adalah dampak dari masa Covid-19, yang memaksa untuk melakukan digitalisasi terhadap segala aspek dan segala hal.

“Selain hal positif, ternyata banyak juga hal buruk yang dapat terjadi dalam perkembangan digital, seperti kebocoran data, penyebaran hoax, dan masih banyak lagi,” terangnya.

Dia memberi beberapa contoh dampak negatif siber. Ross Ulbricht yang mendirikan market atau toko ilegal di websitenya, Molly Russell yang bunuh diri di usianya yang ke-14 tahun. 

Ada pula Davia Emilia yang membunuh dirinya sendiri karena ketergantungannya kepada sosial media, Takahiro Shiraishi yang melakukan kekerasan seksual dan pembunuhan berantai melalui sosial media, dan lain-lain.

Sonny menandaskan, hal-hal tersebut harus menjadikan kita lebih mawas diri dan berhati-hati dalam menggunakan dan memanfaatkan gadget. “Karena gadget sendiri bisa dimanfaatkan dengan baik atau digunakan untuk kejahatan,” tuturnya. (*)

Penulis Muafi Bintang, siswa Smamda Surabaya Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version