Masih Banyak ‘Orang Putih’ di Muhammadiyah

Masih banyak ‘orang putih’ di Muhammadiyah. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Dr Muhammad Sholihin.

Dr Muhammad Sholihin saat memberi materi Raker dan Capacity Building PCM Sidoarjo (Ahmad Choirudin/PWMU.CO)

PWMU.CO – Masih banyak ‘orang putih’ di Muhammadiyah. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Dr Muhammad Sholihin.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, itu menyampaikannya saat memberi materi “Profil Kader dan Nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah” di Raker dan Capacity Building PCM Sidoarjo. Kegiatan berlangsung di Tanjung Plaza Hotel Tretes, Prigen, Pasuruan, Ahad (14/1/24).

Dr Sholihin Fanani mengawali pemarannya dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah, “Tujuan berdirinya Muhammadiyah yaitu memajukan bangsa, negara, dan agama,” ujarnya.  

Dia menambahkan jika latar belakang sejarahnya Muhammadiyah ada lima yakni Muhammadiyah ingin memerangi kebodohan, kemiskinan, memurnikan ajaran Islam, membentuk SDM Indonesia yang utuh, dan membendung pengaruh negatif dari luar.

Masih Banyak ‘Orang Putih’

Kemiskinan yang paling parah adalah kemiskinan akidah, etika, kepribadian, itu tugas Muhammadiyah, “Kepribadiannya tidak jelas, benar menjadi salah, salah menjadi benar, orang yang bisa mengingkari hati nuraninya, biasanya wajahnya suram-suram,” candanya.

Muhammadiyah juga ingin mencetak orang yang utuh, dari aspek jasmani dan rohaninya sehat, tetapi banyak orang jasmaninya sehat tetapi rohaninya tidak sehat. Salah satu contohnya, membuat kesalahan dengan sengaja tetapi bangga, salah tapi bangga, salah mengaku benar. “Bahaya orang-orang seperti itu, saya berharap orang-orang seperti itu tidak ada di PCM Sidoarjo,” ungkapnya disambut senyum peserta.

Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur 2015-2022 itu pernah bercerita bahwa masih banyak orang putih di Muhammadiyah. “Ayah saya bercerita, bahwa di Muhammadiyah itu saringatnya rapat, masih banyak ‘orang yang putih’, akidahnya masih banyak yang kuat,” ceritanya.

Dia melanjutkan pesan Ayahnya tentang prinsip menjadi orang Muhammadiya, kalau jadi kader Muhammadiyah yang beneran, seperti tiang Listrik, tidak miring, mancep, dan hati-hati di Muhammadiyah. “Jangankan tidak jujur, orang yang tidak Ikhlas akan kelihatan di Muhammadiyah. Maka dia tidak tahan, umurnya tidak lama di Muhammadiyah. Cirinya yaitu jadi pemimpin berbeda pendapat dengan yang lainnya sedikit, jadi baper,” terangnya.

Keberhasilan Berorganisasi

Wakil Ketua PWM Jatim itu mengingatkan makna kader, “Kader itu tenaga inti penggerak persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki totalitas, tidak boleh setengah-setengah, jika mengurus Muhammadiyah insyaallah urusan kita akan diurusi oleh Allah,” ingatnya.

Dia menambahkan, totalitas di Muhammadiyah dengan jiwa, sikap, pemikiran, wawasan, kepribadian, dan keahlian sebagai pelaku atau subyek dakwah Muhammadiyah di segala lapangan kehidupan. Kalau belum totalitas, belum bisa disebut menjadi penggerak Muhammadiyah. “Perlu diingat keberhasilan orang beroraganisasi tidak diukur dari jabatan yang didapatkan, tapi ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah,” paparnya.

Lebih lanjut Sholihin Fanani menenkankan bahwa kader Muhammadiyah harus berkompeten, mempunyai kompetensi keberagamaan, akademis dan intelektual, sosial-kemanusiaan dan kepeloporan, keorganisasian dan kepemimpinan. “Kader Muhammadiyah orientasinya ke depan, butuh pembaharuan, kalau tidak berubah akan ditinggal dengan perubahan, tidak merasa pintar sendiri, harus belajar terus,” imbuhnya.

Selain itu, tugas kader Muhammadiyah menjalankan peran sebagai ujung tombak organisasi, “Tembok itu membentengi, jadi pimpinan itu melindungi, memberikan tombok uang, selain itu sebagai administrator, dinamisator, menyeimbangkan masalah. Kalau tidak ada yang benar ditutup, masalah kecil tidak perlu diperbesar, berusaha menjaga ketenangan, jangan menjadi provokator,” pesannya.

Tugas lainnya yaitu menyiapkan diri sebagai calon pemimpin dalam persyarikatan di masa yang akan datang, kalau kerja di AUM dan aktif di Muhammadiyah itu nikmat, dia mencontohkan seperti berjalan dengan dua kaki.

“AUM adalah alat untuk mempercepat tujuan Muhammadiyah, PCM, serta Ortom juga alat menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujudnya Masyarakat Islam sebenar-benarnya,” pungkasnya. (*)

Penulis Mahyuddin. Editor Darul Setiawan.

Exit mobile version