Ketua PP Muhammadiyah: Pemilu Bukan untuk Memilih Penguasa

Ketua PP Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg mengatakan, pemilu bukan untuk memilih penguasa, Jumat (26/1/24).
Ketua PP Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg (Tangkapan layar YouTube Muhammadiyah Channel oleh Darul Setiawan/PWMU.CO)

PWMU.CO – Ketua PP Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg mengatakan, pemilu bukan untuk memilih penguasa, Jumat (26/1/24).

Hal tersebut dikatakannya dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang mengusung tema “Muhammadiyah dan Pemilu 2024”, disiarkan via Zoom dan YouTube Muhammadiyah Channel.

Menurut Agung Danarto, pemilihan umum (pemilu) sudah dilakukan berulang kali, dan di setiap pemilu Muhammadiyah senantiasa hadir dan ikut dalam pemilu.

“Muhammadiyah juga selalu mengimbau warganya untuk selalu menyukseskan acara pemilu tersebut. Sehingga karenanya, pemilu bagi Muhammadiyah bukan sesuatu yang baru tetapi menjadi sesuatu hal yang dilakukan secara rutin lima tahunan untuk diikuti,” ujarnya.

Tetapi meskipun begitu, setiap kali menjelang pemilu, tema-tema tentang pemilu menjadi perhatian menarik dan menjadi pokok pembicaraan aktual yang selalu diperbincangkan dimana-mana.

Hal ini karena mengingat urgensi dari pemilu itu sendiri, yaitu memilih pemimpin. Karena pemimpin itu sangat menentukan dalam berbagai macam hal kehidupan dan bangsa. Pemilu merupakan proses yang otoritatif untuk memilih pemimpin, dan ini barangkali perwujudan dari syura dari penerapan dari al-Quran Surat Asy Syura ayat 38:

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ ۝٣٨

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Kontrak Sosial oleh Rakyat

Pemilu, lanjut dia, merupakan musyawarah untuk memilih pemimpin, hanya musyawarahnya  secara langsung yang diikuti seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih, sehingga merupakan bentuk permusyawaratan yang ketika Muhammadiyah mengakui NKRI sebagai Darul Ahdi, dan Muhammadiyah ikut serta dalam mendirikan Indonesia bersama dengan elemen-elemen lain.

“Maka, pemilu ini merupakan instrumen terjemahan, aplikasi, dan terapan dari konsep syura di dalam agama Islam. Yang kemudian dari itu, Muhammadiyah ikut serta untuk menyukseskan pemilu itu sendiri,” jelasnya.

Agung Danarto menambahkan, pemilu bukan untuk memilih penguasa, tetapi pemilu itu untuk memilih pemimpin dengan kontrak sosial yang dilakukan oleh rakyat, juga untuk melakukan berbagai macam hal yang diatur dalam perundang-undangan.

“Sehingga karenanya, bisa dikatakan pemimpin itu adalah pelayan rakyat, melayani rakyat, dan untuk menuju kesejahteraan serta kemakmuran bagi masyarakat secara luas. Dan, itulah tugas pemimpin yang harusnya menjadi acuan utama untuk memilih pemimpin tersebut,” tuturnya. (*)

Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version