Hawa Dingin, Kontingen Mudipat Surabaya Borong Serombong Bakso Garut

Suasana antrean kontingen Mudipat untuk menikmati bakso Garut D’Caca. (Mulyanto/PWMU.CO)

Hawa Dingin, Kontingen Mudipat Surabaya Borong Serombong Bakso, Laporan Mulyanto

PWMU.CO – Sejak pagi hingga sore matahari bersembunyi di balik awan langit Antapani. Klimaksnya bakda Dhuhur.Hujan tumpah mengguyur Kota Bandung. Semua basah, tak terkecuali venue Olimpiade Ahmad Dahan (Olympicad) 7 SD-SMP Muhammadiyah Antapani pun basah. Air mengenang di halaman sekolah, Kamis (7/3/2024).

Udara dingin merasuk raga. Badan ratusan peserta Olympicad yang selesai berlomba dan yang masih berlomba menggigil dibuatnya. Juga peserta kontingen SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya merasa kedinginan.

Ketua Kontingen Mudipat Nur Fuad SFilI punya inisiatif menarik. Yakni mengajak mereka makan bakso. Panitia berkoordinasi membeli bakso di stan kuliner yang tersedia di venue Olympicad. Sayang pedagang bakso tak sanggup melayani 144 peserta Mudipat.

Akhirnya Fuad beserta tim berjalan kaki ke luar arena, sekitar 500 meter dari kompleks Perguruan Muhammadiyah Antapani ada Abang bakso yang menjajakan dagangannya. Yakni Bakso Garut D’Caca milik Mas Ajan. Maka dinegolah si empunya agar berkenan masuk ke arena Olympicad dan mau melayani rombongan Mudipat.

“Alhamdulillah Abang baksonya berkenan, tapi begitu masuk arena lomba kami sempat dilarang panitia Olympicad, karena di dalam sudah ada yang berjualan bakso. Namun setelah kami jelaskan bahwa bakso ini hanya untuk makan siang Mudipat akhirnya panitia mengizinkan,” ucap Kepala Urusan Kesiswaan Mudipat.

Muhammad Indrastha Keandra siswa Mudipat. (Mulyanto/PWMU.CO)

Benar saja, bakso Mas Ajan hanya diborong Mudipat. Peserta lain tak boleh, panitia Olympicad memberi kesempatan begitu selesai melayani Mudipat, bakso Mas Ajan keluar arena. Maka segera peserta kontingen Mudipat mengantre untuk menikmati seporsi bakso yang dibandrol Rp 15 ribu itu. 

Peserta Muhammad Indrastha Keandra, kelas 4G menikmati semangkok bakso dengan lahapnya. Dia bekerja keras untuk mengunyah bakso besar seukuran bogem dirinya itu sambil senyam senyum. “Ini mantap. Rasanya wenak,” kata Indrastha.

Peserta lain, Khayla Ryenka Almiraniah (6E) mengaku beruntung makan bakso. Bukan karena tak pernah ngebakso. Tapi karena begitu dia selesai berlomba lalu merapat ke basecamp Kontingen Mudipat malah disuruh makan bakso.

“Alhamdulillah rezeki anak shalihah. Rasanya lumayan enak. Pentolnya besar. Aku suka,” ucap peserta lomba Qiraah itu semringah. (*)

Penulis Mulyanto Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version