Indahnya Bermuhammadiyah dengan Menjadi Kontributor PWMU.CO

Kontributor PWMU.CO dari Trenggalek berfoto bersama Pemred Mohammad Nurfatoni (berdiri)(Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO —  Indahnya Bermuhammadiyah dengan menjadi Kontributor PWMU.CO. Ini bermula ketika saya dan rombongan dari Trenggalek menuju Roadshow Milad Sewindu PWMU.CO di Kota Kediri.

Awalnya saya menginstruksikan ke teman-teman kontributor PWMU.CO dari Trenggalek untuk berkumpul di Masjid al-Huda Sumberingin, Trenggalek, Jumat (8/3/2024) siang.

Sementara Kontributor PWMU.CO asal Trenggalek yang sehari-harinya menjadi Bos Optik Annisa, Ahmad Bisri, masih di Lamongan. Dia malamnya memberi kabar sedang di Kediri. Saya berpikir untuk mencari solusi sendiri bagaimana caranya berangkat ke Kediri.

Saya kira, Bisri mungkin tidur di sebuah hotel di Kediri. Kenapa pulang ke Trenggalek, kalau harus kembali lagi ke Kediri paginya.

Kalau Bisri tidak berangkat dari Trenggalek, berarti saya harus memanggil Pak Karni yang sering saya mintai tolong menyetir mobil. Setelah menunaikan shalat malam pada Sabtu (9/3/2024) dini hari, saya menelepon Pak Karni. Saya mintai tolong mengantar ke Kediri.

Maklum, saya belum berani menyetir sendiri untuk perjalanan jauh. Tensi kadang kadang kurang bersahabat.

Usai shalat jamaah Subuh, saya segera pulang, mandi dan bersiap thalabul ilmi di Roadshow PWMU.CO. Melalui grup WhatsApp, saya minta teman-teman berkumpul di Masjid al-Huda Sumberingin pukul 06.00 WIB.

Sekitar pukul 05.30 WIB, setelah siap dan istri memberi beberapa lembar kertas bergambar Soekarno–Hatta, saya berangkat menuju rumah Pak Karni. Lalu kami menuju Masjid al-Huda.

Berta Meilevarespati, salah satu kontributor asal Trenggalek, semula siap berangkat namun akhirnya membatalkan. “Assalamualaikum Pak Kamas, ngapunten sanget Pak Kamas, saya ndak bisa ikut tiba-tiba sakit perut,” katanya.

Ia lalu menambahkan, “Ngapunten, Pak.” Saya lantas mengiyakan.

Sementara kontributor PWMU.CO sesama dari Trenggalek Rizka Ayu Fitrianingsih memberi kabar, “Ini saya masih persiapan. Sik nggih, Pak.” Saya mengiyakan, lugas.

Sekitar pukul 06.15 WIB, tiba-tiba Bisri menelepon. “Pak Kamas, aku masih akan beli oleh-oleh dulu,” ujarnya. Lagi-lagi saya mengiyakan singkat.

Dalam hati saya bahagia. Saya tidak jadi menyewa sopir karena ada Bisri. Tapi saya juga tidak enak dengan Pak Karni karena tidak jadi meminta tolong. Setelah meminta maaf karena tidak jadi minta jasa menyetir, saya mengantar Pak Karni pulang.

Dari kiri: Candra Dwi Aprida, Sugeng Purwanto, dan Rizka Ayu Fitrianingsih. (Kamas Tontowi/PWMU.CO)

Akhirnya Berangkat

Sekitar pukul 06.30 WIB, Kontributor Trenggalek Candra Dwi Aprida datang diantar suaminya. Alhamdulillah, gosip tidak diizinkan suaminya tidak menjadi kenyataan. Sekretaris IMM Trenggalek ini berangkat juga. Kemudian, hampir pukul 07.00 WIB Riska tiba memakai mantel, maklum hujan lebat.

Kami berangkat menuju rumah Bisri dengan molor satu jam lebih. Saya minta Bisri mengendarai kendaraan saya. Sesaat mau berangkat, Bisri minta supaya naik kendaraanya saja. Alasannya karena sudah terbiasa.

Dalam perjalanan, saya melihat kepala madrasah saya di sebuah toko, berarti dia tidak masuk dinas. Hehehe, sama dengan saya. Hari Sabtu kami tetap masuk dinas, tapi karena hari terakhir, biasanya sekolah kami kurang ada kegiatan pembelajaran. Kegiatan diisi dengan membersihkan sekolah untuk persiapan libur beberapa hari dan memasuki bulan Ramadhan.

Selama perjalanan, saya terus mengajak Bisri mengobrol. Saya takut dia mengantuk. Maklum, Sabtu pukul 02.00 dini hari baru bisa tidur. Selama perjalanan, Bisri menceritakan perjuangannya dan teman-teman untuk membangun masjid yang representatif untuk shalat Jumat dan rest area di Karangsoko.

Sekitar pukul 09.00 WIB kami sampai di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Kediri. Mendengar musik gambus dari luar, kami berkesimpulan kegiatan belum dimulai.

Setelah parkir mobil, kami gunakan waktu yang ada untuk sarapan di warung sebelah gedung. Setelah sarapan, ada informasi dari lantai atas kalau upacara segera dimulai. Kami segera menyelesaikan sarapan dan memasuki gedung.

Ketika kami duduk di pojok barat, terlihat senyum penuh ketulusan dari Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni di atas panggung dan Editor Sugeng Purwanto di meja sebelah.

Sekitar pukul 14.00 WIB kami pulang. Sambil bercengkerama, saya memotivasi teman-teman untuk tetap mengirim tulisan ke PWMU.CO.

Bermuhammadiyah terindah adalah menjadi kontributor PWMU.CO. Kita datang di satu acara, duduk menyimak sambil menulis poin-poin yang penting. Kalau acaranya live streaming, kita bisa menyimak sambil menulis di rumah.

Meskipun kita tiada lagi, karya kita tetap abadi. Mudah-mudahan suatu saat kita bisa berkarya seperti budayawan dan ulama Buya Hamka, penulis sastra profetik Kuntowijoyo, Pak Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, atau Pak Nurcholis Huda.

“Mengkhayal itu gratis. Nggak usah takut. Pulang dari acara PWMU.CO, kita bawa oleh-oleh, nggak usah mbayar,” ucap saya ke teman-teman sambil berkelakar.

Terlihat Candra membawa dua buku dan satu kaos. Riska membawa dua buku. Bisri membawa dua buku. Saya sendiri juga membawa buku.

Saya mengomentari Candra, “Can, kaosmu cocok untuk suamimu. Biar kalau ada acara selalu diberi izin.” Teman-teman tertawa.

Sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai di rumah Bisri, lalu Candra pulang dengan suaminya. Sementara saya dan Riska menuju masjid Al-Huda Sumberingin, mengantar Riska mengambil sepeda motornya. Pukul 17.30 WIB, saya sampai di rumah. (*)

Penulis Kamas Tontowi Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version