Kebaikan-Kebaikan Kecil yang Mengejutkan

Kita Disentil Allah agar Tak Lupa Diri, Refleksi Idul Fitri, ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO, alumnus Pendidikan Biologi FPMIPA IiKP Surabaya.
Mohammad Nurfatoni (sketsa foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Kebaikan-Kebaikan Kecil yang Mengejutkan; Oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO 

PWMU.CO – Berbuat baik itu mudah. Bahkan murah. Kita tak selalu harus mengeluarkan uang miliaran rupiah untuk melakukan kebaikan, misalnya, dengan membangun masjid megah. 

Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan tapi punya dampak besar. Seperti saat mengendarai motor atau mobil di jalan raya. Kita bisa berhenti sejenak ketika ada orang yang ingin menyeberang jalan.

Itu kebaikan tak berbayar. Gratis. Tapi dampaknya nyata dan besar. Karena ada yang merasa dihormati atau malah tertolong dengan ‘sedekah’ kita lewat cara menghentikan kendaraan.

Bayangkan di jalan yang padat, seorang ibu tua ingin menyeberang jalan, tapi kesulitan melakukannya karena tak ada yang mau mengalah. Lalu kita memberi kesempatan kepadanya. Sungguh manfaat yang besar bagi si ibu tadi. 

Kita bisa meneruskan contoh-contoh itu dengan konsep yang ‘besar’ menolong yang ‘kecil’. Sepeda motor berhenti bila ada pejalan kaki menyeberang. Atau mobil berhenti bila ada motor yang mau menyeberang.

Namun kebaikan bukan monopoli yang ‘besar’ saja. Yang ‘kecil’ pun berpeluang menolong yang besar. Pernahkah kita menyetir mobil dan hendak berputar balik namun kesulitan karena lalu-lalang kendaraan tak ada yang mau berhenti? 

Ketika ada pengendara motor yang berinisiatif berhenti memberi jalan—dengan memberi aba-aba pada kendaraan lain untuk berhenti—sungguh dampaknya besar bagi kita. Dan kebaikan seperti itu, sekali lagi, gratis, tapi pahalanya, insyaallah, besar.

Kebaikan yang Mengejutkan

Mari kita lanjutkan contoh-contoh perbuatan kecil yang berdampak besar bagi orang-orang kecil. Misalnya kita tidak mengambil uang kembalian saat mengisi BBM di SPBU. Berikan sisanya pada petugas pengisinya. Pasti dia sangat bahagia. Apalagi jika kembaliannya jumlahnya relatif banyak. 

Memang, kebaikan ini tidak gratis. Tapi percayalah, kita tak akan miskin mengeluarkan uang tersebut. 

Seperti juga insyaallah kita tak akan jatuh miskin jika sesekali—beberapa kali malah lebih baik—memberi uang berwarna biru atau merah pada supeltas alias ‘polisi cepek’ yang mengatur perempatan-perempatan jalan—tidak seperti biasanya yang hanya memberi seribu, dua ribu, atau lima ribu. 

Lalu kita akan melihat, betapa surprise dan senang hati sang supeltas alias sukarelawan pengatur lalu lintas itu. Mari kita teruskan kebaikan-kebaikan ini pada: juru parkir, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan orang-orang kecil lainnya. 

Kita senangkan hati mereka dengan kejutan-kejutan kecil itu. Tentu akan sangat mulia jika kita tingkatkan dengan memberikan kejutan-kejutan besar. Misalnya kita memberi beasiswa sekolah pada anak-anak orang kecil itu, memberi lapangan pekerjaan, menyewakan rumah layak huni, dan sebagainya.

Pasti dampaknya jauh lebih besar. Bukan hanya pada kehidupan mereka, melainkan juga pada kita sendiri. Bukankah kita sangat yakin dengan firman Allah dalam al-Isra 7: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri …” (*) 

Exit mobile version