Aku Menulis maka Aku Ada, Sewindu PWMU.CO Menginspirasi

Logo Milad Sewindu PWMU.CO (Didik Nurhadi)

Aku Menulis maka Aku Ada, Sewindu PWMU.CO Menginspirasi; Oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO

PWMU.CO
 – Hari ini, delapan tahun silam, website ini diluncurkan oleh M. Saad Ibrahim—Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur saat itu—di Aula Mas Mansur Gedung PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Jumat 18 Maret 2016.
 
“Dengan memohon kepada Allah SWT, supaya kemudian (hari), media ini bisa lebih baik, lebih baik, lebih baik. Dan kemudian bisa terbaik di dunia ini,” ucapnya. 

“Dan kemudian bisa bertahan sampai kiamat. Dan moga-moga, bahkan nanti sampai di surga pun, (media) ini masih ada,” kata M. Saad Ibrahim yang kini sebagai salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 

Saat itu, saya menganggap pernyataan tersebut menganduang candaan. Bagaimana mungkin sebuah situs online bisa masuk surga? Namun, setelah melewati umur sewindu alias delapan tahun ini, saya bisa menyadari makna mendalam dari doa Pak Saad itu.

Dua makna mendalam dari doa itu ialah, pertama, PWMU.CO diharapkan menjadi media online terbaik. Bagi kami, doa Pak Saad itu semacam amanat yang harus dipegang erat.

Oleh karena itu selama delapan tahun kami berusaha sekuat tenaga agar website ini berproses ke arah media yang berkualitas. Salah satunya dengan melakukan proses editing pada setiap naskah—berita atau opini—yang masuk ke meja redaksi.

Proses editing inilah—seperti pernah disampaikan oleh Mas Rohman Budijanto, Anggota Dewan Pengarah PWMU.CO—yang membedakan pers dengan media sosial (medsos). 

Jika menulis di medsos, hanya ada satu lapis saringan (self editing), yaitu dari penulis sendiri. Sementara di PWMU.CO seperti lazimnya media maintream—selain ada self editing dari penulis, juga ada coeditor dan editor yang menjadi lapis kedua dan ketiga proses editingterhadap naskah yang masuk.

Proses editing inilah yang kami pertahankan sampai sekarang meskipun mengandung beberapa risiko, di antaranya naskah akan terbit lebih lambat. Sementara di beberapa media online lainnya, proses editing itu tidak ada, setidaknya tidak seketat PWMU.CO—sebagaimana pengakuan beberapa kontributor yang punya pengalaman mengirim naskah ke PWMU.CO dan media lainnya sehingga bisa membandingkannya.

Dengan ‘terbit yang agak lambat’ itu membawa konsekuensi lain. Beberapa kontributor berpindah ke lain hati karena memburu kecepatan. Sesuatu yang logis sebenarnya karena salah satu kekuatan media online adalah kecepatan. 

Tapi bagi kami, kecepatan tidak boleh mengalahkan kualitas. Memang pilihan ideal adalah naskah terbit cepat dan berkualitas, seperti juga sering kami buktikan dalam liputan-liputan khusus. 

Namun, karena mayoritas kontributor kami adalah ‘wartawan’ yang berangkat dari kemampuan jurnalistik di ‘titik nol’, maka proses editing menjadi agak lama mengingat banyak perbaikan naskah yang kami lakukan agar sesuai standar jurnalistik.

Tentu, kami sebagai ‘Sekolah Menulis’ juga berusaha bagaimana agar kemampuan jurnalistik para kontributor itu terus meningkat kualitasnya. Inilah yang kami sebut kontributor ‘naik kelas’. Berbagai upaya terus kami usahakan agar naskah yang masuk banyak yang ‘lolos editing’ sehingga dalam waktu tujuh menit sudah bisa terbit.

Mengapa PWMU.CO harus mengejar kualitas? Karena kami berharap bisa menjaga kredibilitas sebagai pers dan media rujukan. 

Maka kami bangga selama sewindu ini, secara langsung atau tidak langsung, PWMU.CO telah menginspirasi. Setelah PWMU.CO lahir dengan gaya lincah dan enak dibaca, bermunculan media-media online lain di Muhammadiyah, baik di tingkat provinsi, kabupaten atau kota, bahkan di internal PWM Jatim. Kami juga bahagia setahun lalu telah melahirkan subdomain tarjihjatim.pwmu.co.

Tentu, kami masih memiliki banyak kekurangan. Karena itu kami siap menerima kritik dari semua pihak demi peningkatan kualitas media ini. Seperti yang disampaikan Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM, bahwa PWMU.CO harus tetap menjaga objektivitas dan netralitas, terutama di tengah kontestasi politik.

Media Jangka Panjang

Makna kedua dari doa Pak Saad adalah harapan agar PWMU.CO bisa terus terbit sebagai media yang ‘abadi’. Harapan itu juga sebagai amanah bagi kami.

Alhamdulillah selama sewindu ini, PWMU.CO belum pernah tidak terbit sehari pun. Kami tak pernah kehabisan naskah, sekalipun di hari-hari libur penting seperti Idul Fitri.

Ini semua berkat dukungan yang luar biasa dari 500-an kontributor kami, yang tersebar di berbagai daerah, terutama di Jawa Timur.

Itulah yang membuat PWMU.CO produktif. Setiap hari rata-rata ada 50 naskah yang masuk ke ‘meja’ admin dan yang bisa terbit sekitar 30 naskah. Bahkan saat para coeditor dan editor lagi longgar, bisa menerbitkan 50 naskah sehari dengan views rata-rata 30 ribu per hari (total dari terbit hingga saat ini dapat 27.217.828 tampılan atau views)

Tentu, jumlah 50 itu masih kecil bagi media profesional, yakni media yang benar-benar ditangani oleh wartawan dan editor dengan sepenuh waktu. Sementara PWMU.CO ini berbasis citizen journalism (jurnalisme warga) yang mengandalkan kesukarelawanan dań dikelola dengan separuh waktu. Di tengah kesibukan menjalani profesi masing-masing—guru, dosen, tenaga kesehatan, PNS, karyawan swasta, pengusaha, pelajar, mahasiswa, dan lainnya—mereka masih menyediakan waktu untuk PWMU.CO.

Maka dengan modal ini, insyallah PWMU.CO akan ‘abadi’ yakni kontinu terbit dengan berita dan opini yang berkualitas. Sebab kami merasakan di dalam diri para kontributor dan editor sukarelawan itu ada rasa memiliki yang sangat kuat pada media ini, yang menjadi salah satu motivasi untuk terus produktif.

Hebatnya, rasa memiliki itu telah bersenyawa dengan eksistensi diri mereka sebagai penulis. Maka semboyan Aku Menulis maka Aku Ada—memelesetkan Aku Berpikir maka Aku Ada (Cogito ergo sum)-nya Rene Dascartes—yang dibuat para kontributor Kota Kediri dalam bentuk kaos itu tepat untuk menggambarkan bahwa menulis telah menjadi passion, bahkan eksistensi diri.

Maka tiada hari tanpa menulis, sebab jika tidak menulis mereka kehilangan peluang memperoleh kebaikan-kebaikan sebagaimana sering disampaikan oleh almarhum Nadjib Hamid, salah satu tokoh penting pendiri media online ini. “Kita di PWMU.CO ini tidak dapat ujrah (gaji) tapi insyallah mendapatkan ajrun (pahala), baik langsung di dunia maupun di akhirat,”  begitu kurang lebih yang dia katakan.

Semangat menjaga kualitas sebagai pers (asas profesional) dan kerelawanan inilah yang perlu kami rawat, sehingga PWMU.CO tidak berhenti terbit di usia sewindu, satu dasawarsa, atau seabad. Seperti doa Pak Saad, PWMU.CO didoakan terus eksis sampai Hari Kiamat dan (stakeholdernya: PWM Jatim, LIK/MPID, pendiri, pengasuh, pengelola, kontributor, dan pembacanya) masuk surga.

Terima kasih atas semua yang telah terlibat dan mendukung PWMU.CO. Selamat Milad Ke-8 PWMU.CO, yang sudah diramaikan dengan roadshow di tiga kota: Jember, Gresik, dan Kediri. Insyallah puncak milad akan dihelat di Gedung Muhammadiyah Jatim, Sabtu 4 Mei 2024. (*)

Exit mobile version