Rindu Kembali ke Tanah Suci, Umrah Ramadhan serasa Haji

Jamaah umrah Relasi usai tawaf 9 Maret 2024. Rindu Kembali ke Tanah Suci, Umrah Ramadhan serasa Haji (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Rindu kembali ke Tanah Suci Makkah dan Madinah di bulan Ramadhan. Hal itu dirasakan oleh jamaah umrah PT Relasi Laksana Wisata, walaupun baru saja pulang ke Tanah Air pada tanggal 15 Maret 2024 lalu. Mereka berangkkan ke Tanah Suci bersama travel milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim ini sejak 4 Maret 2024. 

Jamaah umrah Relasi yang berjumlah 49 orang ini—berasal dari Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan,  Kediri, Jember, Banyuwangi, dan Ponorogo—telah berpuasa Ramadhan dan shalat Tarawih di Makkah selama empat hari (11-14/3/2024). Banyak pengalaman spiritual yang tak semua orang bisa meraihnya.

Apalagi umrah kali ini dilakukan bersama kerabatnya. Selain suami istri, ada yang mengajak orang tua kandung, mertua, menantu, saudara kandung, keponakan, dan cucu.

Seperti keluarga Prof Achmad Jaenuri, Ageng Tunggal Setiawan, Kurdi Natapura Surah, Achmad Marzuq, Imam Ghozali, dan Titik Indahyati. Mereka mengajak keluarga besarnya.

Umrah serasa Haji

Jumlah jamaah umrah sangat banyak dari berbagai negara. Mereka memenuhi Masjidil Haram di semua tempatnya.

Hal ini mengingatkan pada saat musim haji. Masjid al-Haram dipenuhi oleh jamaah haji untuk menunaikan tawaf, sai, dan ibadah shalat lima waktu.

Bahkan ada yang berpendapat, umrah di bulan Ramadan ini melebihi jamaah haji. Bisa jadi penduduk lokal Makkah, juga menunaikan umrah. Ditambah dengan jamaah umrah mandiri yang berangkat tanpa melalui travel.

Entah benar atau tidak! Hanya saja karena banyaknya jamaah umrah yang ingin beribadah di Masjid al-Haram, para laskar sangat disiplin dalam mengatur shaf shalat. Area tempat untuk salat juga diperluas.

Bagi jamaah yang datang ke Masjid al-Haram ini mendekati waktu shalat, pasti mereka diarahkan menuju ke lantai 3 ke atas. Bahkan sampai di rooftop masjid.

Bagi jamaah umrah Relasi, pengalaman ini sangat berkesan. Apalagi yang baru tahu rooftop Masjid al-Haram. Posisinya sangat dekat dengan tower masjid ini.

Puasa, Iftar, dan Tarawih

Bagi jamaah dari Indonesia, berpuasa di Makkah tidaklah terlalu lama bila dibandingkan di Indonesia. Kira-kira 12 jam. Dimulai Subuh pukul 05.30 sampai Maghrib pukul 18.30 waktu Makkah.

Hanya saja untuk mendapatkan shaf shalat dan menunggu Subuh sambil tadarus, seseorang akan sahur sebelum pukul 03.00. Ini yang mungkin bagi sebagian jamaah merasa puasa lebih lama.

Makanan sahur tidak didapatkan di Masjidil Haram. Jamaah bisa menyiapkan sendiri atau telah disiapkan hotel tempatnya menginap.

Berbeda dengan makanan takjil. Jamaah mendapatkannya dari Masjidil Haram. Para laskar Masjid akan membagikannya secara cuma-cuma dari titik-titik tempat tertentu.

Takjil berupa satu paket tas berisi kue, kurma, dan minuman kemasan. Ada juga nasi biryani yang menjadi rebutan jamaah.

“Saya lebih baik menjaga shaf shalat, daripada mengambil takjil atau nasi biryani. Kalau ditempati orang lain, saya harus cari shaf shalat yang mungkin lebih jauh lagi,” ujar Titik Indahyati yang lebih akrab dipanggil Bude dalam rombongan jamaah Relasi ini.

Untuk shalat Tarawih, mereka menyebutnya salat qiyam al-lail. Jumlah rakaatnya 13.

Seperti shalat tarawih pertama, didahului salat Isya’ dengan imam Abdurrahman -as-Sudais. Sesudah shalat fardlu, pasti ada salat jenazah. Setelah shalat ba’da Isya’, Sudais menyampaikan tausiah tentang bulan Ramadan.

Dilanjutkan dengan shalat Tharawih yang tetap Sudais sebagai imamnya. Setelah al-Fatihah, surat yang dibaca adalah surat al-Baqarah. Panjang, bisa lebih dari dua halaman setiap rakaatnya. Setelah masuk rakaat keempat, barulah Sudais digantikan imam lainnya. Ini sampai rakaat terakhir. 

Barulah saat shalat Witir, dipimpin kembali Sudais. Tiga rakaat dipisah menjadi dua rakaat salam dan satu rakaat salam. Pada rakaat terakhir inilah, imam memimpin doa qunut yang sangat panjang. Keselamatan Muslim Palestina dan Masjid al-Aqsa menjadi hal yang didoakan setiap rakaat terakhir dalam witir ini.

Ingin Kembali bersama Relasi

Jamaah umrah Relasi berterima kasih dan mengaku puas. Perjalanan dipimpin oleh Abdillah Al-Farisyi sebagai tour leader dan didampingi muthowif Ustadz Solihin.

Pendampingan oleh Ustadz Solihin ini terutama agar ibadah umrah yang dilakukan sesuai dengan ajaran Rasulullah. Ada reciver untuk menuntun para jamaah agar terhindar dari kesalahan.

Seperti Im-am, dalam pesan chat-nya di grup jamaah, berdoa agar para jamaah umrah Relasi diberi kesehatan dan umur yang panjang. Juga rezeki yang barakah untuk bekal ibadah ke Madinah dan Mekkah lagi. Tentunya bersama dengan PT Relasi kebanggaan kita.

Akhirnya menjadi doa bersama. Semoga Allah menerima ibadah umrah dan ibadah lainnya jamaah ini. Allah juga kembali menghadirkan jamaah umrah Relasi ini di Tanah Suci Madinah dan Makkah. (*)

Penulis Siti Agustini Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version