Cinta Lima Perkara dan Lupa Lima Perkara

Cinta Lima Perkara
Jamaah Kajian Ahad Pagi PCM Sine Ngawi. (Suwarno/PWMU.CO)

PWMU.CO – Cinta lima perkara dan lupa lima perkara menjadi bahasan Kajian Ahad Pagi (KAP) PCM Sine Ngawi, Ahad (24/3/2024).

Kajian Ahad Pagi menghadirkan narasumber dari PDM Sragen Jawa Tengah Sutarno SThI MH. Acara bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Sine, depan kantor Desa Tulakan.

Ustadz Tarno, sapaan akrabnya, membuka ceramah dengan hadits Nabi yang menyatakan akan datang waktunya umat cinta lima perkara dan lupa lima lainnya.

Pertama, cinta dunia, lupa akhirat.

”Banyak yang lupa bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Kehidupan sesungguhnya adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi selamanya,” katanya.

Kedua, cinta hidup, takut mati.

”Islam mengajarkan ada kehidupan setelah kematian. Rata-rata usia umat Nabi Muhammad saw 60 tahun. Jika lebih dari 60, anggaplah itu sebagai bonus. Oleh karenanya, persiapkan sebaik mungkin kehidupan akhirat dengan tidak meninggalkan kebutuhan dunia,” ujarnya.

Ketiga, cinta harta, lupa harta itu akan dihisab.

“Harus diperhatikan, dari mana asal harta yang kita peroleh dan digunakan untuk apa harta tersebut,” terang Kepala KUA Kecamatan Kedawung Sragen ini.

Secara umum, sambung dia, orang sangat berharap kian hari hartanya kian bertambah. Berbeda dengan sahabat Usman bin Affan.

Usman sangat terkejut saat Rasulullah menyatakan, ia tidak akan masuk surga bersamanya. Banyaknya harta yang perlu dihisab di hari akhir menyebabkan Usman tidak masuk dalam rombongan orang yang masuk surga.

Untuk mengurangi harta kekayaannya itu, Usman membeli kurma rusak milik semua petani di Madinah. Para petani kurma bergembira, meskipun gagal panen, kurmanya tetap laku.

Beberapa saat kemudian, menyebar penyakit yang sulit ditemukan obatnya. Ternyata kurma busuk dapat menangkal penyakit itu. Alhasil, kurma busuk milik Usman diborong untuk mengobati wabah yang melanda.

”Usman niatnya mengurangi harta tetap bertambah hartanya dengan kurma busuk tadi,” ujarnya.

Keempat, cinta bangunan megah, lupa rumah akhir adalah kuburan yang gelap gulita.

Menurut dia, supaya kubur kita bisa terang perlu dikerjakan menjaga sholat, baca Quran, sedekah, membaca tasbih di setiap waktu.

Kelima, cinta makhluk, lupa kepada pencipta makhluk.

Di akhir kajian, alumnus S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta yang beralamat di Cantel Wetan 1/15 Sragen ini mengingatkan untuk hati-hati dan waspada menghadapi perkembangan zaman yang penuh tipu daya ini.

”Caranya menjaga lima perkara sebelum datang kematian. Cinta lima perkara, jangan melupakan lima lainnya,” tandasnya.

Penulis Suwarno  Editor Sugeng Purwanto

Sutarno mengisi Kajian Ahad Pagi PCM Sine Ngawi. (Suwarno/PWMU.CO)
Exit mobile version