Menyucikan Diri di Era Digital: Kajian Ahad Pagi Muhammadiyah Lowokwaru

Kajian ahad pagi PCM Lowokwaru Kota Malang di Masjid Imam Bukhari. (Bima Primandaka Putra/PWMU.CO)
Kajian ahad pagi PCM Lowokwaru Kota Malang di Masjid Imam Bukhari. (Bima Primandaka Putra/PWMU.CO)

PWMU.CO – Masjid Imam Bukhari di kompleks perkantoran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang menjadi tuan rumah kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lowokwaru yang bertema “Tazkiyatun Nafsi di Era Digital”, Ahad (7/7/24).

Kajian ini dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 08.00 WIB. Diikuti sekitar 50 peserta dari unsur PCM Lowokwaru, pimpinan ranting se-Lowokwaru, jemaah Masjid Imam Bukhari, serta para simpatisan Muhammadiyah di sekitaran Masjid Imam Bukhari.

Pengisi kajian ini, Ustaz Zainul Khatim, menjelaskan bahwa tema “Tazkiyatun Nafsi di Era Digital” dipilih karena dua alasan utama. Pertama, menyambut tahun baru dengan berdoa di akhir dan awal tahun sesuai ajaran Rasulullah. Kedua, menyatukan pikiran jemaah untuk menghadapi dan menetralisir berbagai masalah kehidupan yang muncul dalam beberapa bulan terakhir.

Pemateri menjelaskan konsep Tazkiyatun Nafsi yang diperkenalkan oleh Imam Al-Ghazali. Istilah ini berarti “penyucian diri” dan berasal dari kata “zakka” dan “yuzakki” yang artinya “mensucikan.”

“Dalam penyucian diri, terdapat tiga elemen yang harus diperhatikan, yaitu siapa yang mensucikan, apa yang disucikan, dan alat apa yang digunakan untuk mensucikan”, tambahnya.

“Penyucian diri yang sebenarnya tidak mungkin terjadi tanpa bantuan Allah. Oleh karena itu, kita harus selalu berdoa dan memohon bantuan-Nya dalam upaya penyucian diri,” ujar Ustaz Zainul Khatim.

Mensucikan Diri di Era Digital

Kajian ini juga membahas bagaimana kita dapat menghadapi dan mensucikan diri di era digital. Beberapa langkah yang diuraikan meliputi cara mengidentifikasi masalah kehidupan yang dihadapi, mencari jawaban atas masalah tersebut melalui proses yang terstruktur, termasuk menentukan pertanyaan, mengumpulkan data, membandingkan informasi, dan menentukan solusi yang tepat.

“Jika kita menghadapi sebuah problematika, maka harus diukur dengan tiga hal, yaitu tinggalkan sesuatu yang tidak menambah iman, ilmu, dan amal,” tambahnya.

Zainul Khatim juga mengatakan, bahwa pemberian materi Tazkiyatun Nafsi bertujuan untuk membekali jemaah dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mensucikan diri, serta mengatasi tantangan hidup.

“Khususnya di era digital yang serba cepat ini. Para jemaah diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebersihan hati dan pikiran yang sejati,” tutupnya.(*)

Penulis Bima Primandaka Putra Editor Amanat Solikah

Exit mobile version