PWMU.CO – Sosok Buya Hamka memang selalu menarik untuk diceritakan. Kisah itu pulalah yang disampaikan Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Surabaya M. Jemadi untuk menginspirasi para siswa-siswi pilihan SMAM X dalam acara Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit), selam dua hari (19/8-20/8).
Acara yang berlangsung di Masjid Baitul Kholiq Jl. Tambakwedi V Surabaya ini diikuti sekitar 50 orang Pimpinan Ranting (PR) dan anggota IPM SMAM X. Kegiatan yang didampingi ustadz Wildan ini memberikan bekal kepada para kader Muhammadiyah agar lebih dekat dengan Allah.
“Juga dekat dengan masyarakat serta gemar berdakwah. Di samping itu, kita harus mencintai masjid karena di akhir-akhir ini jamaah subuh kebanyakan orang-orang tua,” pesannya kepada para kader IPM.
(Baca: Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa dan Muhammadiyah Simokerto Rampungkan Renovasi Aula Buya Hamka Senilai Rp 1 Miliar)
Kepala SMAM X Sudarusman memberikan penegasan bahwa kegiatan Safari minal masjid Ilal masjid bertujuan agar masyarakat lebih mengenal SMAM X lebih dekat. Saat ini SMAM X memfasilitasi peserta didik dengan berbagai komunitas.
“Tidak hanya komunitas pecinta masjid, kami juga memiliki komunitas supporter, komunitas kesehatan, musik, olahraga dan lain-lain. Bahkan kami sudah punya komunitas tahfidz Qur’an. Murid kami Insya Allah sudah ada yang disiapkan untuk kuliah ke Turki. Kami ingin selalu dekat dengan masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat,” tegas Sudarusman mengakhiri sambutannya.
Sementara itu, Ketua PCM Kenjeran M. Rofiq Munawi menegaskan bahwa kegiatan ini luar biasa. Dia berharap agar peserta didik bisa menjadi pemimpin Muhammadiyah mulai dari ranting sampai pusat di masa yang akan datang.
Untuk menambahkan pembekalan kepada peserta didik SMAM X, hadir pula Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Surabaya M. Jemadi. Dia menyampaikan cerita bersumber dari novel Biografi Hamka. Hampir 45 menit Jemadi memaparkan kisah Hamka sejak kecil sampai usia 30-an.
Di antara inti dari cerita tersebut menyatakan bahwa, cara belajar setiap orang itu berbeda. Hamka termasuk anak yang suka belajar dengan membaca dan berdialog. Hamka tidak suka dengan ceramah dan doktrinasi. Keberanian dan kemauannya yang keras untuk belajar telah membawanya ke Jawa.
“Ketika berusia 16 tahun, dia telah belajar kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh Sarekat Islam. Setelah dua tahun di Jawa kembali ke Padang Panjang untuk berdakwah. Hinaan dan cacian membuatnya kecewa sampai akhirnya ia berangkat ke Mekkah dengan bekal dari tabungannya dan tambahan dari neneknya,” tuturnya.
Setelah 7 bulan belajar secara otodidak membaca kitab-kitab ulama hadra maut serta usai menunaikan haji ia kembali ke tanah air. Tapi tidak langsung ke Padang Panjang. Ia singgah di Medan dan menjadi mubaligh. Atas desakan keluarga, dia akhirnya kembali ke padang dan dinobatkan sebagai Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
“Inti dari kisah Hamka adalah jangan berhenti membaca. Perbanyak dialog dan mengunjungi ulama untuk belajar ilmunya. Sampaikan hasil bacaan baik lewat tulisan atau ceramah/dialog. Hidup harus selalu bermanfaat,” demikian akhir ceramah M. Jemadi (mj/feri/ilmi)
Discussion about this post