Bunker Kiamat para Sultan

Bunker Kiamat para Sultan (Ilustrasi freepik.com premium)

Bunker Kiamat para Sultan Oleh oleh Dr Encep Saepudin SE MSi, Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto dan Anggota LPCR PWM Jateng.

PWMU.CO – Pada Desember 2023 lalu, dunia dikejutkan dengan terungkapnya pembangunan bunker seluas 1.400 hektar di Hawai. Menurut The Guardian, bunker berpengaman superekstra ketat dan fasilitas supermewah milik Mark Zuckerberg, pemilik Facebook

Mark menambah panjang daftar miliader membangun bunker, di antaranya Bill Gates (Microsoft), Peter Thiel (Paypal), Elon Musk (Tesla), dan Jeff Bezos (Amazon). Berbagai pertanyaan pun mengalir seputar hubungan bunker dan keyakinan Mark terhadap ‘kiamat’.

Fenomena miliader membangun bunker kiamat (Doomsday Bunkers) menjadi bahan obrolan. Bolehlah mengobrol bahasan serius ini ditemani kopi dan singkong hangat. 

Ssstttt, tapi kagak usah nge-rokok, ya. Bikin batuk. He-he-he…

Bisa juga ngobrol sambil nonton film buatan Hollywood berkisah tentang kiamat. Sejumlah film tentang kiamat di antaranya:  Armageddon (1998), Deepimpact (1998), The Day after Tomorrow (2004), I am Legend (2007), Doomsday (2008), Knowing (2009), 2012 (2009), The Road (2009), The Book of Eli (2010), Take Shelter (2011), San Andreas (2015), Geostorm (2017), It Comes at Night (2017), How it Ends (2018), Don’t Look Up (2021),  Silent Night(2021), White Noise (2022). 

Sebagian film tersebut masuk box office. Artinya, membicarakan kiamat bukan sesuatu yang tabu, lintas generasi, dan lintas agama dan kepercayaan. 

Atas dasar apa para sultan itu membangun bunker? Apakah di balik itu semua karena kepercayaan, kesehatan, keamanan, atau bisnis? 

Sebagai manusia terkaya berlimpah harta sangat mudah mengakses berbagai informasi yang orang kebanyakan tidak tahu. Karena itu, mereka membangun bunker atas informasi tersebut.

Situs berita The Guardian menulis fenomena miliader bikin bunker dengan pertanyaan kritis yaitu: “Is all this bunker building a sign the 1% know something we don’t and are preparing for end times?”

Kantor berita CNN menyebut 1 persen merupakan populasi orang kaya dunia membangun bunker. Bunker identik dengan ruangan perlindungan dan keselamatan dari bencana besar, seperti pandemi, perang, dan juga kiamat.

Bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (UN) melalui Organisasi Pangan Dunia (FAO) juga turut membangun Kubah Kiamat (Doomsday Vault) di Kutub Utara.  Kubah ini mampu menyimpan 4,5 juta jenis benih dari seluruh dunia. Peresmian operasionalnya dihadiri Presiden Komisi Eropa, Jose Manual Barroso dan penerima Nobel perdamaian 2004, Wangari Maathi

Orang kebanyakan boro-boro bikin bunker. Di sudut Jakarta, rumah ukuran 4 x 10 saja bisa dihuni 20 kepala.

Waduh, bagaimana cara mereka tidur untuk beristirahat? Ya, berbagi shift tidur, yaitu siang dan malam. Atau, mencari tempat di luar rumah yang bisa sekadar menyelonjorkan badan setelah penat bekerja seharian.

Namun percayalah, dalam kondisi seperti itu pun, mereka meyakini kiamat akan terjadi. Soalnya kiamat tercantum dalam komitmen keimanan, yaitu Rukun Iman keenam. 

Tidak ada satu pun ayat al-Quran dan hadits yang menyebutkan kapan pasti terjadinya. Namun tanda-tanda sebelum peristiwa besar ini dijelaskan dalam beberapa ayat dan hadits. 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW bersabda : “…Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan terjadinya).” Beliau menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya.” Dia berkata, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya?“ Beliau menjawab, “Jika seorang budak melahirkan tuannya dan jika kamu melihat orang yang sebelumnya tidak beralas kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan,” Orang itu pun pergi dan aku berdiam lama, kemudian Beliau bertanya, “Tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepadamu dengan maksud mengajarkan agamamu.” (HR Bukhari Muslim)

Kiamat adalah peristiwa yang teramat sangat mengerikan. Semua makhluk bingung. Tidak ada nafsu yang menggelora, justru nafsi yang menyelimuti jiwa setiap manusia.

Boro-boro pikirkan kamu, memikirkan diri sendiri sudah repot. Udara panas banget. Matahari, yang panasnya 6.000 derajat Celsius, hanya berjarak satu mil dari kepala kita. Subhanallah…

Gunung-gunung beterbangan bak bulu-bulu yang melayang. Air mengering. Lautan menjadi panas. 

Begitulah kejadian kiamat yang digambarkan dalam at-Takwir ayat 6. Sulit kita bayangkan kengeriannya. Subhanallah.

Lengkingan terompet sangkakala menjadi awal kiamat. Peniupnya Malaikat Israfil AS

Situs berita The Independent mengutip temuan Profesor Prank Steiner bahwa alam semesta berbentuk seperti terompet. Penelitiannya memakai peralatan milik NASA bernama Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP).

Pernyataan profesor dari Universitas Ulm Jerman ini sebenarnya sudah diberitakan al-Qur’an dan hadits sejak 14 abad silam. Ilmu pengetahuan akan terus mengungkapkan kebenaran dari kandungan al-Qur’an dan hadits.

Kita perlu bersiap diri. Mau beli bunker untuk menyelamatkan diri dari kiamat, silakan. 

Situs berita DailyMail melaporkan pembelian bunker kiamat di negeri Paman Sam meningkat. Harganya variatif, kisaran ukuran 152 meter seharga kisaran Rp 625 juta – 130 miliar. Harga tergantung fasilitas, seperti gudang pangan, listrik, internet, fasilitas olahraga, dan sebagainya.

Di Cina, Liu Qiyuan, mantan petani, merancang bola antikiamat yang dilengkapi oksigen, makana, dan air bersih. Bola yang bisa menampung 14 orang ini  pembangunannya menghabiskan uang Rp.465 juta.

Namun bunker sejati dalam menghadapi kiamat sederhana saja. Seorang muslim cukup menyakini dan melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam. Pelaksanaannya bareng-bareng alias berjamaah.

BTW, kalau ada ajakan lisan dan e-form menjadi anggota sekte kiamat, abaikan saja. Menyambut kiamat kagak perlu menjadi member sekte apa pun. Percuma!

Buktinya, Petinggi Sunda Empire, Lord Rangga yang meramalkan dunia kiamat pada 2020, malah duluan menghadapi kiamat kecil (kematian). Sedangkan bumi masih anteng-anteng saja berotasi dan berevolusi. 

Mau selamat dari kiamat, cukup datang ke masjid dan musala untuk salat berjamaah, bayar zakat, dan berbuat baik pada sesama. Gampang diucapkan, insyasllah, bisa kita kerjakan. Bismillah.

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version