Masyarakat Islam Sebenar-benarnya Mewujud di Idul Fitri

Masyarakat Islam
Muhsin MK

Masyarakat Islam Sebenar-benarnya Mewujud di Idul Fitri oleh Muhsin MK, Aktivis PCM Cipedak Jakarta Selatan.

PWMU.CO – Ramadhan segera berakhir. Berganti Hari Raya Idul Fitri. Umat muslim merayakan dengan makan bersama dan shalat Id di tanah lapang.

Suasana hari bergembira, meriah, dan semarak dengan kumandang takbir di seluruh dunia.

Masyarakat Islam di penjuru dunia bersuka cita. Pakaian baru, semangat baru setelah di-charge sebulan dengan puasa Ramadhan. Memasuki Idul Fitri dengan jiwa baru dengan hati bersih.

Itulah suasana masyarakat Islam di Hari Raya Idul Fitri di mana-mana. Menjadi tradisi sepanjang tahun. Tradisi yang bersumber dari nilai nilai Islam mewujud dalam kehidupan sehari hari.

Inilah wujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya seperti tertulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah.

Masyarakat Islam dapat dilihat dari karakteristiknya yang disebutkan dalam al-Quran. Allah menyebut masyarakat (golongan atau sekelompok orang) Islam dengan sebutan umat Islam (An-Nahl: 36).

Walau tidak semua kata umat itu dapat diartikan masyarakat. (An-Nahl:120, az-Zukhruf: 22-23, al- Anbiya: 92).

Karakteristik

Karakteristik masyarakat Islam disebutkan dalam firman Allah. Pertama, orang-orang yang berserah diri, tunduk, patuh, dan taat pada Allah ta’ala semata (Al-Baqarah: 128).

Kedua, bersikap pertengahan (ummat wasatho)  atau moderat, bijak  dan adil sebagai saksi bagi manusia. (Al-Baqarah:  143)

Ketiga, sebagai golongan yang satu, menyatu dan bersatu (ummat wahidah), karena memiliki kesatuan iman dan agama, termasuk kesatuan kitabullah, petunjuk dan kebenaran. (Al-Baqarah: 213, al- Anbiya: 92)

Keempat, sebagai sebaik-baiknya golongan (khaira ummat) yang berada di tengah manusia,  yang menyuruh berbuat makruf, mencegah kemunkaran, dan  beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110)

Kelima, orang yang berlaku jujur, membaca al-Quran dan menegakkan shalat (ummat qaaimah), beriman kepada hari akhir, bersegera berbuat kebajikan dan termasuk orang orang yang saleh (Ali Imran: 113-114).

Keenam, mereka hidup bersahaja, benar, lurus, tulus, proposional dalam bertindak dan tidak berlebihan, ummat muqtashidah. (Al-Maidah: 66)

Masyarakat Islam dalam tataran realitasnya dapat dilihat pada masa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di Madinah dan seluruh jazirah Arah. Sendi kehidupan islami mewujud dalam kehidupan seharian.

Jadi masyarakat Islam sebenar-benarnya  sudah pernah mewujud dalam realitas hidup manusia dalam sejarah. Masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (Saba: 15), beriman dan bertakwa pada Allah (Al-Araf: 29).

Realitas Sekarang

Pada zaman kini tidak mudah menemukan wujud masyarakat Islam konkret di dunia ini. Konflik dan permusuhan sesama muslim terjadi di mana-mana. Antar negara, golongan, kelompok, dan perorangan.

Padahal Islam adalah agama damai yang mengajarkan agar umatnya menciptakan kedamaian dan perdamaian (Al-Hujurat: 10), berkasih sayang pada sesamanya (Al-Fath: 29), menahan emosi dan saling maaf memaafkan (Ali Imran: 134), berinteraksi dan mempererat silaturrahim (Al-Hujurat: 130, an- Nisa: 1), tolong menolong dan bekerja sama (Al-Maidah: 2).

Namun demikian ada satu masa masyarakat Islam benar-benar ada dalam realitas. Yakni pada saat kaum muslim merayakan Idul Fitri. Pada saat ini umat Islam benar benar dalam keadaan bahagia dan suka cita.

Selepas mereka menunaikan puasa Ramadhan mereka kembali fitri, jiwanya dalam keadaan fitrah, bersih dan suci. Keadaan jiwa mereka tercermin pada wajah dan perilaku mereka. Tak ada yang berduka cita. Semua bergembira dan ceria merayakan Idul Fitri.

Saat menuju ke tanah lapang melaksanakan shalat Id mereka bersyukur. Mereka bertakbir, bertahmid dan bertahlil berulang-ulang.

Mereka memakai pakaian bersih, bahkan berpakaian baru. Mayoritas datang melaksanakan ibadah shalat Id. Rasanya tidak afdhol berhari raya jika tidak shalat Id. Mereka mendengarkan khotbah dengan seksama.

Selepas shalat Id umat Islam saling bersalaman dan berpelukan. Lalu berkunjung ke rumah kerabat, tetangga, dan handai taulan. Mereka saling memaafkan. Hidup sedemikian damai, tenteram, dan bahagia. Wajah mereka cerah, tersenyum dan berseri seri.

Semua muslim berbuat kebajikan. Saling berbagi hadiah, sedekah, dan makanan. Hubungan silaturrahim, kekeluargaan dan kasih sayang dilakukan sedemikian menguat.

Tak ada kemaksiatan dan kemungkaran. Semua tenggelam dalam iman, ibadah, ketaatan, kebersamaan dan ukhuwah dengan sesama muslim dan manusia lainnya. Idul Fitri telah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di dunia.

Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version