Menjadi Guru Bermakna Dibahas Jinan di IGABA Gresik

Miftahul Jinan menyampaikan materi parenting dengan tema Indahnya Mendidik pada acara Silaturrahim Keluarga Besar IGABA Kabupaten Gresik. Ahad, (21/4/2024) (Alkafiah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Menjadi guru bermakna dibahas dalam kegiatan Silaturahmi sekaligus Parenting Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) Kabupaten Gresik, Ahad (21/4/2024).

Acara yang diselenggarakan IGABA Kabupaten Gresik ini digelar di Gedung Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Dukun Gresik dengan mengundang narasumber Konsultan Pendidikan dan Pesantren sekaligus Penulis Buku Drs Miftahul Jinan MPdI LCPC yang mengangkat tema  Indahnya Mendidik.

Kegiatan ini dihadiri 446 peserta yang terdiri dari Kepala Sekolah beserta guru baik dari tingkat  Kelompok Bermain, TK maupun TPQ Aisyiyah se-Kabupaten Gresik.

Di awal materinya, Jinan sapaan akrabnya mengajukan pertanyaan, “Mengapa memilih menjadi guru?”

Salah satu peserta di barisan depan menjawab, “Karena menjadi guru adalah panggilan jiwa dan  dorongan dalam diri  untuk  mendidik anak, baik anak sendiri maupun  anak orang lain serta memberikan pencerahan kepada murid-murid.”

Atas jawaban yang disampaikan, Jinan sapaan akrabnya memberi hadiah kepada peserta dengan memilih sendiri hadiah yang diinginkan.

Dalam materinya, dia menyampaikan dalam ilmu parenting jangan dibiasakan untuk menjanjikan hadiah pada anak, karena bisa jadi motivasi anak menjawab pertanyaan disebabkan mengharap hadiah, bukan karena menikmati bisa menjawab pertanyaan itu tadi.

“Dan hadiah yang   diberikan sebab janji itu namanya bukan penghargaan melainkan upah,” tegasnya kepada seluruh peserta.

Adapun pertanyaan ke 2 yang yaitu, “Mengapa sih mau menjadi guru?” tanyanya Jinan.

Kali ini jawaban masih didominasi oleh peserta yang duduk di barisan depan. “Karena ibu sebagai guru sekaligus pendidik  dalam rumah tangga, selain karena panggilan hati, diharapkan dengan menjadi guru juga mampu memberikan pendidikan sekaligus contoh yg baik di lingkungan kita.”

Hadiah ke 2 pun diberikan untuk peserta yang berani menyampaikan pendapatnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan suatu cita-cita harusnya menjadi motivasi internal kita, apa yang menyebabkan kita ingin menjadi seperti itu. Maka sebagai guru perlu menguatkan niat. “Kalaupun niatnya bagus Insyaa Allah akan dilancarkan. Jadi perlu diperbaiki dan dikuatkan niatnya,” jelasnya.

Dia menuturkan, pendidikan di TK merupakan pondasi. Jika dari TK sudah dibiasakan melakukan tindakan dan pembiasaan yg terstruktur maka akan terbawa hingga anak dewasa.

“Sesuatu yang biasanya kita ajarkan akan muncul berdampak besar saat dia dewasa. Sebagai suatu contoh dalam keseharian kita, jika anak kangen gurunya setelah liburan karena pengen cerita pengalaman selama liburan maka itu tandanya anak terbiasa diperhatikan oleh gurunya,” tuturnya.

Dalam pertemuan itu juga disampaikan menjadi guru yang baik tidak ada yang tidak bermakna. Imajinasi anak itu tinggi, jadi ketika anak bercerita maka tanggapi dengan baik.

“Sebagai guru yang  perlu dibangun pada anak-anak adalah habbitsnya jadi pembiasaan untuk selalu berbuat baik itu perlu ditanamkan sejak mereka kecil agar kelak terbawa hingga dewasa,” pesannya yang disampaikan kepada seluruh guru Aisyiyah. (*)

Penulis Alkafiah. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version