Dua Tahun 49 Klinik Muhammadiyah-Aisyiyah Sudah Terakreditasi

Dua tahun
Ketua MPKU PWM Jatim Mundakir sambutan Rakerwil di Malang.

PWMU CO – Dua tahun perkembangan klinik Muhammadiyah-Aisyiyah di Jawa Timur luar biasa. Dari 52 klinik sudah 49 klinik yang terakreditasi.

Hal itu disampaikan Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Jawa Timur Dr Mundakir SKep Ns MKep dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) ke-14 di Rayz UMM Hotel Malang, Jumat-Sabtu (31-1/5/6/24).

”Dari 49 klinik terakreditasi itu sebanyak 47 terakreditasi paripurna dan dua terakreditasi utama,” tambah Mundakir disambut  tepuk tangan gemuruh 165 peserta.

Mundakir mengapresiasi  kerja keras pengelola klinik. Penyelenggara dan pengelola klinik di Jawa Timur adalah pejuang persyarikatan.

”Kehadiran bapak- ibu adalah komitmen dan loyalitas. Bagaimana klinik yang kita punya yang didirikan atas persyarikatan ini bisa tumbuh dan terus berkembang,” ujarnya.

Ini juga kerja keras tim Divisi Pengembangan Klinik yang dalam kurun waktu dua tahun ini perkembangan kemajuan klinik luar biasa.

Dia menyebtukan, sebelum dua tahun ini hanya terakreditasi lima klinik. Begitu dr Abdul Manaf, Alifian, Munadi dan kawan-kawan dengan strateginya bisa menggerakkan seluruh jaringan klinik Muhammadyah-Aisyiyah di Jawa Timur untuk akreditasi.

Karena itu dia menuturkan, hadir di Rakerwil ini penting sebagai ajang dan kesadaran mengelola klinik di daerah-daerah itu tidak sendiri.

”Bapak-iIbu menyaksikan ternyata ada teman, saudara kita yang jumlahnya 52 klinik itu. Jangan sampai merasa tidak mampu, lemah. Dengan hadir di sini, maka muncul kepercayaan juga kebanggaan bahwa bapak- ibu sudah berjuang di jalan benar. Ini penting untuk ditumbuhkan,” ujarnya.

Dia menyampaikan, kehadiran dalam Rakerwil untuk memperkuat, mempererat solidaritas dan sinergitas antar semua jaringan klinik Muhammadyah-Aisyiyah se-Jawa Timur.

Tiga Syarat Sinergi

Mundakir menyampaikan tiga syarat yang harus diperhatikan dalam sinergi jaringan amal usaha Muhammadiyah-Aisyiyah ini.

Pertama, harus ada keterbukaan, inklusivitas, dan ada perbedaan.

”Maksudnya bapak-ibu tidak akan bersinergi berkolaborasi dengan yang lain apabila tidak inklusif, tidak membuka diri. Nantinya klinik yang sudah sehat membuka diri berbagi kepada yang belum sehat,” katanya .

Begitu pula klinik yang belum sehat juga membuka diri untuk belajar kepada klinik-klinik yang sudah sehat.

“Jangan malu. Ini saudara kita, satu keluarga. Yang sudah sehat jangan merasa kemudian jual mahal, sok dan lain-lain. Tapi yang belum sehat juga tidak boleh inferior, rendah diri, kemudian menutup diri, kalau ada kegiatan tidak mau datang,” kata Mundakir.

Kedua, syarat untuk bisa berkolaborasi dan bersinergi harus ada saling membantu, saling support satu sama lain.

“Ini tidak mudah kalau kita masih mengedepankan keangkuhan. Klinik Muhammadiyah-Aisyiyah jangan sampai timbul seperti ini. Selama kliniknya ada nama Muhammadiyah-Aisyiyah harus saling support, salah berbagi dan membantu,” tandasnya.

Ketiga, harus ada collective action, tindakan bersama.

MPKU PWM Jatim mengarahkan sistemnya harus terkoneksi dengan satu sehat. Bagaimana caranya kalau MPKU PWM mengadakan akuntansi keuangan klinik. Mari bersama-sama belajar agar tata kelola kita bagus,” katanya.

Mundakir mengatakan, MPKU PWM berharap klinik-klinik di Jawa Timur ini sehat walafiat, sehat bugar dan bisa berkembang supaya geliat dakwah persyarikatan di berbagai daerah itu bisa dilakukan.

Penulis Slamet Hariadi  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version