Indahnya Interior Masjidil Haram Perluasan Proyek Ke-3 King Fahd

Keindahan interior masjid Perluasan Proyek ke-3 King Fahd (Zaki/PWMU.CO)

PWMU.CO – Indahnya interior masjid perluasan proyek ke-3 King Fahd. Rasa penasaranku pada mega proyek perluasan tahap tiga Masjidil Haram King Abdullah menghantarku ke Pintu Malik Fahad, atau biasa disebut dengan Jembatan Ajyad.

Saya mengejar tempat strategis untuk dapat menetap beribadah untuk waktu yang lama, bertepatan dengan, Jumat (7/6/2024).

Saya sengaja berlama-lama di Masjidil Haram karena himbauan panitia Haji Indonesia yang menyebutkan bahwa pengoperasian Bus Shalawat akan berhenti sejenak mulai pukul 09.00 hingga pukul 14.00 WAS (Waktu Arab Saudi).

Untuk mengantisipasi hal tersebut saya berangkat sebelum shalat subuh, agar dapat beribadah shalat subuh dan sekalian Jumaatan.

Dari arah terminal bus atau Ajyad Street ada semacam jembatan yang langsung mengarah para jamaah Masjidil Haram ke lantai 2 namanya Jembatan Ajyad, tepat pada lokasi thawaf khusus Mutawwif lantai dua.

Lantai 2 tersebut untuk mushola atau tempat sholatnya hanya dibatasi area yang tidak luas, itu karena pemugaran lantai 2 pada proyek kedua Masjidil Haram King Abdullah, fokus pada kenyamanan para Mutawwif.

Pemugaran pada proyek kedua Masjidil Haram termasuk yang rumit karena harus menghilangkan banyak tiang penyangga yang dibangun saat rajanya King Fahd tahun 1988, sehingga para motawwif akan leluasa mengelilingi Kabah dari lantai 2 dan 3 atau bahkan di lantai atap.

Pada dasarnya perluasan Masjidil Haram yang mendasar atau terasa perluasannya dimulai dari tahun 1955 ketika Khalid menjadi Raja Arab Saudi ketika itu. Dilanjutkan oleh Raja Fahd di tahun 1988, yang memberikan kenyamanan di sektor sai Shafa Marwa dan saat Rajanya Abdullah maka perluasan besar-besaran terjadi ke dalam 3 tahapan.

Keindahan bangunan proyek ke-3 King Fahd, tampak koridor seperti jembatan penghubung antar gedung (Zaki/PWMU.CO)

Semua itu dilakukan demi kenyamanan tamu Allah, yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Terakhir perluas raja Abdullah bisa menampung lebih dari 2.04 juta jamaah yang dilanjutkan oleh Raja Salman hingga sekarang.

Seusai jumatan saya keluar dari masjid melalui pintu koridor yang mengarah ke proyek perluasan nomor 3 King Abdullah belakangan saya mengetahui arahnya, karena papan besar yang bertuliskan Ilaa Masyruu Tsalis Malik Fahd (Arah ke Proyek Ketiga Raja Fahd), meskipun diberi nama proyek dengan King Fahd, proyek tersebut tetap dibawah perluasan Raja Abdullah yang kemudian diteruskan oleh raja Salman.

Dengan berbantuan ekskalator ke arah bawah, saya melihat kemegahan masjid yang dikhususkan untuk ibadah shalat, tembok sepenuhnya marmer putih maupun abu-abu, ukiran dan ornamen khas Islam yang bagus, serta pintu gate yang besar berwarna kehijauan dan bingkai warna emas.

Saya teringat berbagai gambar arsitek ketika sayembara desain perluasan Masjidil Haram, ada yang berbentuk stadion dan lain sebagainya, namun Klan bin Ladenlah yang selalu menjadi kepercayaan kerajaan Saudi.

Jeniusnya adalah membangun sisi terpisah khusus ibadah shalat dari gedung utama yang terdapat thawaf dan sai, namun akses ke gedung-gedung masjid dapat disambungkan melalui mekanisme koridor maupun mezanin. Keren!

Masjid perluasan ke-3 tersebut seakan dikhusukan untuk shalat dan ibadah selain thawaf, sehingga tidak terganggu oleh lalu lalang para muttawif maupun sai. Banyak para bekerja melepas penatnya kerja di area tersebut, nyaman untuk ibadah atau sekadar tidur qoilulah (tidur sebentar di waktu sebelum atau sesudah shalat dzuhur atau Jumat).

Belum lagi interior dalam masjid urnamen yang indah seakan kita dibawa ke ruang-ruang universitas-universitas masa khilafah dan kejayaan Islam masa lampau.  Masya Allah.

Khotbah Jumat

Tepat pukul 11.45 WAS, Adzan pertama berkumandang, biasanya adzan pertama itu bertanda semua toko dan kegiatan dihentikan sejenak dan semua jamaah persiapan untuk mengambil air wudhu dan para mutawwif bersiap-siap untuk mengambil tempat nyaman untuk duduk mendengarkan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Syaikh Dr Yasir Dausary.

Isi khutbah Syaikh Yasir menekankan untuk haji yang aman dan nyaman. Ini erat kaitannya dengan haji yang bervisa resmi, atau visa haji. Sehingga pemerintahan Saudi mengeluarkan otoritasnya yang super ketat yang disebut dengan Laa Hajja bilaa Tashriif, atau haji tidak sah tanpa Visa resmi khusus Haji, oleh karena itu banyak terjadi Razia ke hotel-hotel untuk menyisir Hujaj yang memakai Visa Ziarah (umrah) dan berani menetap hingga musim haji.

Suasana thawaf di lantai 2 yang sudah di pugar dengan menghilangkan banyak tiang penghalang para muttawif (Zaki/PWMU.CO)

Berbicara tentang dendanya, maka lumayan membuat jera, mulai dari denda yang dijatuhkan sebesar lebih dari 200 juta untuk travel yang nakal dan puluhan juta untuk pelaku yang nekat, dan siap-siap untuk kena sangsi larangan haji sampai 1 dekade.

Selain itu Syaikh Yasir juga menyebutkan berbagai fadhilah atau keutamaan ibadah di bulan Dzulhijjah, mulai dari Puasa awal bulan terutama di tanggal 1-9 Dzulhijjah.

Kusunya puasa Arafah yang dapat menghapus dosa satu tahun masa lalu dan satu tahun yang akan datang sebagaimana Syaikh Yasir mengutip sabda Rasulullah diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Puncaknya adalah mengenai haji yang nyaman dan aman berkat kerja keras dan komitmen kerajaan Saudi dalam melayani tamu Allah, dari pemenuhan fasilitas serta perluasan Masjidil Haram.

Yang menarik dari khatbah Jumatannya adalah Syaikh Yasir memilih surat pendek saat rakaat pertama dan kedua, rakaat pertama membaca surat Quraish dan kedua surat Ikhlas. Itu menurut saya karena mengormati para Jamaah agar tidak berlama-lama berdiri shalat dengan kondisi panasnya cuaca Makkah. Saat itu sudah mencapai 46 derajat selsius. (*)

Penulis Zaki Abdul Wahid. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version