Karena Kursi Roda Macet, Bisa Masuk Raudhah

PWMU.CO – Kisah unik datang dari Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wonokromo Surabaya usai melaksanakan ibadah haji. Ia mendapatkan kesempatan masuk Raudhah berkat kursi roda yang macet.

Usai pelatihan Turjuman dan pembelajaran defferensiasi, perwakilan Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya menyempatkan bersilaturrahim ke rumah Ir H Lukman Rahim, Selasa (8/7/2024).

Dengan senyum yang khas, Lukman, panggilan akrab Lukman Rahim, menyambut kehadiran para guru SD Musix. Hidangan khas pulang haji tersaji di meja klasik yang terbuat dari kayu jati.

“Terima kasih telah berkunjung ke rumah kami” Sambut distributor plastik kemasan furnitur ini. Selanjutnya ia banyak bercerita pengalamannya selama menunaikan ritual ibadah haji.

Lukman & Jamaah Berkursi Roda

Sebagai informasi, Jamaah haji perlu memenuhi ketentuan sebelum memasuki Raudhah di Masjid Nabawi. Bisa secara kolektif juga bisa mandiri, tetapi kedua-duanya harus daftar secara online melalui aplikasi Nusuk.

Menunggu secara kolektif antrian masih cukup lama, Lukman memilih untuk masuk secara mandiri. Ia mendapatkan antrian dari aplikasi sekitar pukul 03.00 waktu Madinah.

Menunggu waktu yang ditentukan, dia manfaatkan istirahat dan beribadah di hotel. Setengah jam menjelang waktu antrian, dia meninggalkan kamar hotel dan turun melalui lift.

Ketika keluar dari lift, ada seorang jamaah yang memakai kursi roda tidak bisa berjalan. Dengan sigap dia mendekat untuk membantu bapak tua yang merasakan kesulitan itu.

“Ini kenapa kursi rodanya, bapak” tanyanya sambil mengapa tidak roda kursi itu. “Saya juga tidak tahu, tiba-tiba kok macet” Jawab laki-laki itu.

Lukman berusaha membantu untuk memperbaiki, entah kenapa kok kursi itu rodanya tidak bergerak sama sekali. Saat itu dia baru sadar bahwa jadwal masih Raudhah hampir waktunya. Dengan susah payah ia tetap berusaha.

“Alhamdulillah, sudah bisa, bapak!” Kata Lukman. “Terima kasih!” Balas jamaah itu.

Dengan tergesa-gesa, dia mempercepat langkahnya. Sekitar 10 menit kemudian, ia telah sampai di pintu masuk Raudhah.

Hingga akhirnya beberapa askar memeriksa aplikasi pengunjung. Lukman kaget ketika giliran datang dan ia ditolak masuk.

“Kenapa kok gak boleh, saya sudah ada ijinnya?” Katanya sambil menunjukkan aplikasinya. Dia baru sadar bahwa waktu berkunjung telah lewat.

Melihat antrian yang panjang, ia pun merasa pupus harapan. Dia berusaha ‘merayu’ askar untuk bisa masuk, dia juga sempat bercerita keterlambatannya karena menolong seseorang, tetapi petugas itu tetap menolak.

Sesudah Kesulitan Ada Kemudahan

Di tengah-tengah keputusasaan, dia lihat orang yang ditolongnya. Tanpa pikir panjang dia panggil orang itu dan membawanya mendekat askar penjaga pintu.

“Tolong ceritakan kelas askar, kalau tadi saya bantu perbaiki kursi roda bapak” rengek Lukman.

“Bagaimana ceritanya, saya tidak bisa berbahasa Arab?” Sambut bapak itu.

“Sudah ngomong saja!” perintahnya.

Tanpa ragu, orang yang tidak diketahui namanya itu menceritakan yang ia alami ketika keluar hotel hingga bertemu dengan Ketua PCM Wonokromo tersebut.

“Kamu Indonesia? Masuk!” Seru askar yang semula menolak masuk.

“Lho, kamu bisa berbahasa Indonesia” tanya Lukman spontan karena kaget.

Tanpa basa basi, Lukman pun langsung memasuki Raudhah. Tak lama berselang, adzan Subuh kemudian berkumandang.

“Masyaallah, yaa Allah kiranya ini hambatan yang aku alami. Engkau takdirkan aku salat Shubuh di tempat-Mu yang makbul ini” gumamnya.

Selanjutnya dia panjatkan do’a sepuas-puasnya dalam setelah berjama’ah salat Subuh.

Dia memberikan nasehat kepada para guru SD Musix bahwa dia benar-benar bisa menikmati firman Allah SWT yakni:

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Mengakhiri silaturrahim, Kepala Sekolah SD Musix, Munahar, meminta didoakan para guru SD Musix agar bisa menunaikan ibadah haji dan SD Musix selalu di hati Masyarakat.

Penulis Basirun, Editor Danar Trivasya Fikri

Exit mobile version