Muhammadiyah, Grand Syaikh Al Azhar dan Pembaruan Islam

Maizar Madsury Lc MPd Ketua Muhammadiyah Kota Bogor. (Dokumen pribadi/PWMU.CO)

Muhammadiyah, Grand Syaikh Al Azhar dan Pembaruan Islam: Oleh Maizar Madsury Lc MPd Ketua Muhammadiyah Kota Bogor

PWMU.CO – Grand Syaikh Al Azhar Mesir Syaikh Ahmad Al Tayyeb melakukan kunjungan ke Indonesia termasuk ke beberapa pondok pesantren dan dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah. Kunjungan Ahmad Al Tayyeb di Muhammadiyah langsung disambut Ketua Umum PP Muhamamdiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi dan jajarannya.

Kalau dilihat dari sejarah, banyak tokoh Muhammadiyah yang belajar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir di antaranya Prof Abdul Kahar Mudzakir, Prof Rasjidi, KH Mas Mansur, Zubair Muhsin dan sebagainya. KH Azhar Basyir pernah belajar di Universitas Darul Ulum Kairo untuk mengambil gelar masternya. Ada juga tokoh Aisyiah Prof Baroroh Baried pernah belajar di Al Azhar Mesir.

Al-Azhar, yang berlokasi di Mesir, merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di dunia. Hubungan Muhammadiyah dan Al Azhar menciptakan dinamika yang khas dalam perkembangan Islam modern.

Al Azhar sebagai mercusuar peradaban Islam yang menawarkan washatiyyatul Islam juga memiliki perspektif sejalan dengan Risalah Islam berkemajuan baik secara khoshoish/karakteristik maupun secara manhaj/metode.

Organisasi Islam Terbesar

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Berlandaskan prinsip-prinsip pembaruan Islam, Muhammadiyah bertekad untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran murni al-Qur’an dan Hadis. Organisasi ini menekankan pentingnya pendidikan, pelayanan kesehatan, serta pemberdayaan sosial sebagai wujud nyata dari implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, Al-Azhar di Mesir adalah salah satu institusi pendidikan Islam tertua dan paling terhormat di dunia yang didirikan pada tahun 972 M. Dikenal dengan reputasi akademiknya yang luar biasa, Al-Azhar sering menjadi rujukan utama bagi ulama dan pelajar dari seluruh dunia dalam mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Al-Azhar tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai benteng moderat yang bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam.

Pertemuan antara Muhammadiyah dan Al-Azhar terjadi dalam konteks kesamaan misi dalam mengembangkan pendidikan Islam serta peningkatan pemahaman keagamaan. Kedua entitas ini memiliki pengaruh besar dalam membentuk wacana Islam modern, baik di tingkat lokal maupun internasional.

Muhammadiyah telah melakukan berbagai upaya pembaharuan dalam konteks pendidikan Islam yang mencakup beragam aspek. Salah satu perubahan signifikan adalah modernisasi kurikulum. Muhammadiyah mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dengan pendidikan agama, sehingga menciptakan sistem pendidikan yang lebih holistik. Ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang terfokus pada studi agama semata.

Selain itu, Muhammadiyah juga mendorong pentingnya rasionalitas dan metode ilmiah dalam interpretasi ajaran agama. Pendekatan ini menekankan pentingnya ijtihad atau interpretasi independen berdasarkan konteks zaman, yang bertujuan menghindari stagnasi pemikiran Islam.

Aspek lain yang krusial adalah keterbukaan terhadap teknologi dan inovasi. Muhammadiyah mengadopsi teknologi modern dalam proses pembelajaran dan administrasi. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga relevansi pendidikan Islam di era digital.

Muhammadiyah menekankan pentingnya kerja sosial dan pengabdian masyarakat, yang meluas melampaui sekadar pendidikan. Ini termasuk layanan kesehatan, pembangunan ekonomi, dan advokasi hak-hak sosial, yang seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam.

Adanya kerja sama antara Muhammadiyah dan Al-Azhar juga meningkatkan keterampilan akademis dan intelektual para pelajar. Muhammadiyah memperkenalkan metode pengajaran yang lebih interaktif dan berbasis riset, yang mendorong pengembangan kemampuan kritis dan analitis di kalangan mahasiswa.

Muhammadiyah dengan Ide Pembaruan

Kehadiran Muhammadiyah dengan ide-ide pembaruannya membantu menerapkan prinsip-prinsip Islam yang inklusif dan toleran, yang tidak hanya diapresiasi oleh kalangan internal tetapi juga oleh masyarakat luas.

Pembaruan yang dilakukan oleh Muhammadiyah menunjukkan upaya yang signifikan dalam memperkaya wacana keislaman serta memperkuat hubungan antara kedua institusi tersebut. Melalui berbagai program pendidikan, kerjasama akademik, hingga pertukaran budaya, Muhammadiyah berhasil membawa perspektif baru yang menggabungkan antara tradisi dan modernitas dalam konteks pendidikan tinggi Islam.

Salah satu aspek penting dari pembaharuan ini adalah fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian yang menekankan pada keilmuan yang aplikatif dan relevan dengan perkembangan zaman. Ini tidak hanya memperkuat kemampuan akademik para mahasiswa, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkontribusi secara efektif dalam masyarakat. (*)

Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan

Exit mobile version