PWMU.CO-Aktivis Muhammadiyah jangan sampai menjadi oportunis. Hanya mau terlibat dalam amal usaha yang menguntungkan, enggan terlibat saat memulai pembangunan.
Hal itu disampaikan Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur, Sholihin Fanani, dalam Pelatihan Peningkatan Kualitas Mubaligh bertempat di Stikes Muhammadiyah Lamongan, Sabtu (30/9/2017). Acara yang berlangsung sejak Jumat malam itu ditutup Ahad (1/10/2017) ini.
Sholihin Fanani menyebutkan, sering pengurus mengeluhkan ada beberapa aktivis yang saat mulai mendirikan amal usaha Muhammadiyah (AUM) enggan terlibat tapi ketika AUM sudah berkembang besar dan menguntungkan langsung mencari posisi. ”Ketika merintis banyak yang diam, ketika besar mulai merapat,” ujarnya.
Orang-orang seperti ini, sambung Sholihin, hanya dilakukan orang-orang oportunis yang enggan bersusah payah, malas berjuang. Namun ketika amal usaha besar mereka melihat ada madu yang harus dicicipi bahkan direbut. Orang-orang seperti inilah biang kekacauan organisasi.
”Akitivis Muhammadiyah harus menjadi pejuang sejati,” katanya. ”Setiap perjalanan dakwah adalah kesenangan dan kebahagiaan,” ujar dia menegaskan. Dia meyakinkan, aktivis yang berjuang sepenuh jiwa pasti mendapatkan ketenangan dan ketentraman.
Untuk menjadi kader Muhammadiyah yang baik, sambung dia, adalah menjalankan Islam dengan kaaffah artinya semua ajaran Islam dilaksanakan. Tidak pilih-pilih yang enak dan menguntungkan saja dipakai. ”Membawa misi mengembalikan ajaran Islam sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah,” kata dia menambahkan.
Syarat lain menjadi kader ideolog Muhammadiyah adalah istiqomah berdakwah, berorganisasi dengan setia, dan berjuang dengansegala kemampuan. (M. Su’ud)
Discussion about this post