Diminta Pemerintah agar Ditunda: Jum’atan Bersejarah, meski Rencana Jamuan Jamaah Gagal

Warga dan para pekerja sekitar perumahan yang bergegas ke masjid Ihyaul Qulub setelah melihat sepeda motor yang berjajar (foto: uzlifah/pwmu.co)

PWMU.CO – “Itu semua jamaah yang dibawa ya, mbak?” begitu tanya Yayuk pada PWMU.CO. Pertanyaan itu telontar begitu Yayuk masuk salah satu ruangan masjid Ihyaul Qulub di Perumahan Tirtasani Royal Resort Boulevard 1A Karangploso Kabupaten Malang, Jumat, (30/3/18).

“Kami hanya berlima, ibu,” jawab PWMU.CO yang tentu saja membuat Yayuk semakin terperangah. Sebab, dia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa masjid itu penuh jamaah. Baik di lantai satu maupun dua.

Yayuk adalah salah seorang pengurus masjid Ihyaul Qulub. Begitu mendengar masjidnya telah menyelenggarakan shalat Jum’atan, dia bergegas menuju masjid.

“Saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya benar benar kaget bercampur senang dan haru. Saya tadi mendengar di sini sudah melaksanakan Jumatan, makanya saya langsung lari ke sini untuk memastikan sendiri benar apa tidak,” cerita Yayuk.

Yayuk semakin terharu dan tidak henti menyebut asma Allah berulang-ulang setelah mengetahui bahwa jamaah yang hadir adalah warga sekitar

Satu persatu warga menuju memasuki masjid untuk Jumatan ketika khatib naik mimbar (foto: uzlifah/pwmu.co)

Reaksi Yayuk saat itu memang sangat beralasan. Sebab, sebenarnya semua jamaah ibu-ibu di Masjid itu sudah merencanakan membuat tasyakuran dengan berbagai macam menu untuk Jumatan perdana. Namun, setelah ada surat dari pihak Kecamatan yang meminta Jum’atan ditunda atau dibatalkan, semua rencana ibu-ibu juga batal.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Novi Yuanita, istri Aiptu Hairil Anwar yang juga pengurus masjid tersebut. Novi yang sejak awal menemani PWMU.CO mengatakan jika hari Jum’at itu sangat bersejarah. “Semua yang dikatakan bu Yayuk itu benar. Ini hari yang sangat bersejarah, walau rencana kami untuk menjamu jamaah Jum’atan perdana tidak jadi,” kata Novi.

Novi yang sibuk dengan nasi kotak itu sebelumnya juga menceritakan bahwa masjid itu sudah difungsikan mulai shalat tarawih tahun lalu. Jamaahnya selalu penuh. Begitu juga sehari-harinya hingga saat ini, pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak juga berjalan dengan baik dan tertib.

Novi Yuanita saat membagikan nasi kotak pada para tukang bangunan (foto: uzzlifah/pwmu.co)

Yang menarik lagi di masjid tersebut juga sudah ada program nasi berkah. Yaitu nasi gratis itu diperuntukkan para tukang bangunan yang bekerja di perumahan atau yang membutuhkan setiap hari Jumat. Harapannya, mereka bisa Jumatan bersama.

“Nah karena belum ada Jum’atan selama ini ya…..akhirnya mereka ambil nasi saja,” ujar Novi sambil memberikan nasi kotak pada salah seorang tukang bangunan. Novi menjelaskan, untuk menyiapkan 75 sampai 100 kotak tiap Jumat itu diambilkan dari uang celengan jamaah.

Novi sendiri selalu berpesan pada mereka yang mengambil nasi agar setiap Jumat ke masjid. Sembari mengulurkan tangan dengan nasi kotaknya, Novi tidak lupa berpesan agar tidak meninggalkan shalat. “Jangan lupa shalat ya,” ujar Novi yang dijawab anggukan oleh para tukang bangunan tersebut.

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Jum’atan perdana di Masjid Ihyaul Qulub ini memang tidak mudah. Direncanakan jauh hari bahwa 30 Maret 2018 akan diselenggarakan Jum’atan untuk pertama kalinya, ada oknum warga yang membuat laporan negatif tentang masjid ini ke “pemerintahan.

Sehingga, 2 hari menjelang shalat Jum’atan yang direncanakan, pihak masjid mendapat “larangan” dari pemerintah, (28/3). Tepatnya pihak kecamatan Karangploso. Salah satu dari 3 poin surat itu adalah meminta pihak Masjid Ihyaul Qulub menunda atau membatalkan rencana pelaksanaan shalat Jum’at pada hari Jum’at, 30 Maret 2018 ini. Namun, pagi jelang waktu Jum’atan itu, akhirnya diputuskan Jum’atan tetap diselenggarakan. (uzlifah)

Exit mobile version