Beginilah Serunya bila Perempuan Berani Bicara Politik

Para narasumber perempuan menyampaikan pandangan politiknya di acara NGOPI Pendidikan Politik Perempuan di Perguruan Muhammadiyah Jompong (foto: Nely Izzatul/pwmu.co)

PWMU.CO-Politik itu bukan sesuatu yang tabu lagi, maka jangan takut untuk berbicara politik. Pesan itu disampaikan  bu Nyai Ponpes Rauhullah Blimbing Lamongan, Tatik Mahatma Inayati, SH SPd dalam kegiatan NGOPI (Ngobrol Pintar) Pendidikan Politik Perempuan. Kegiatan ini sendiri diselenggarakan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong Lamongan di Perguruan Muhammadiyah Jompong, Jumat (01/06/2018).

Menurut Tatik, pendidikan politik bagi perempuan sangat diperlukan agar para perempuan tidak salah memilih pemimpin. “Suara perempuan itu sangat dibutuhkan. Apalagi  perempuan punya porsi 30% atas keterwakilannya di legislatif. Maka sebagai perempuan jangan merasa takut berpolitik,” pinta ibu 6 anak yang pernah menyalonkan DPRD Lamongan lewat PPP ini.

Kepada kader Nasyiah, Titik memberikan saran agar memilih pemimpin yang mengedepankan syariat Islam. “Jangan pilih pemimpin yang tidak peduli dengan syariat islam. Indonesia ini jadi sasaran empuk bagi musuh-musuh Islam karena meskipun penduduknya mayoritas muslim namun lemah di akidah,” tutur bu Nyai Ponpes Rauhullah Blimbing Lamongan tersebut.

Sementara itu, Ketua PCNA Brondong Arika Karim SHI berpesan kepada kader Nasyi’ah agar memilih calon gubernur yang paling dekat mengamalkan al Qur’an dan Sunnah. “Memilih nomor 1 (Khofifah – Emil) atau nomor 2 (Gus Ipul – Puti) itu adalah hak teman–teman. Tapi jangan sampai kita menjadikan orang–orang yang tidak beriman sebagai pemimpin. Termasuk kita harus melihat siapakah di belakang para calon itu. Karena di dalam al Qur’an, Allah telah menyeru agar jangan mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin,” ujarnya.

Rika mengakui  politik itu sangat penting dan menentukan berbagai kebijakan. Oleh sebab itu dia juga meminta kepada kader Nasyiah agar menggunakan hak pilihnya dengan sangat bijak. “Jangan sampai ada yang golput. Kita adalah corong–corong di tataran cabang. Maka kita harus mengajak dan memberi pandangan kepada kader siapa yang pantas kita pilih. Jangan sampai hanya karena uang 50.000 lantas kita gagalkan harapan–harapan umat Islam dengan memilih pemimpin yang salah,” tandasnya.

Di tempat yang sama, Ketua Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Brondong Ir Fajar Subhiati mengaku bangga dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh PCNA Brondong sebagai upaya menghadapi tahun politik yakni pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.

“Saya bangga dengan adik-adik NA. Kegiatan yang sangat bermanfaat ini mudah–mudahan dapat diterapkan oleh para kader Nasyiah se Cabang Brondong. Saran saya, jika ada kader–kader Nasyi’ah yang berpotensi di bidang politik, mari kita dukung dan dorong untuk masuk di legislatif, karena suara perempuan itu masih sangat kurang,” saran Fajar. (Nely Izzatul Maimanah)

Exit mobile version