PWMU.CO – Menjamurnya wirausahawan pemula (startup) menunjukkan gejala meningkatnya spirit enterpreneurship. Hal itu terutama didukung oleh bisnis dalam jaringan (online) yang mudah, murah, dan aplikatif, yang perlahan akan menggeser pola bisnis tatap muka. Sayangnya, spirit berwirausaha ini kadang tak diimbangi ilmu memahami kebutuhan konsumen.
Demikian pendapat yang mengemuka dalam Dialog Bisnis bertema “Jaringan Saudara Muhammadiyah di Tengah Pusaran Bisnis Digital”, yang belangsung di Auditorium Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (28/7/18).
“Membaca kepentingan konsumen adalah inti dari bisnis,” jelas Prof Dr Khusnul Ashar SE MA saat menjadi narasumber.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Brawijaya tersebut menekankan, bisnis yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen akan bertahan lama. Perubahan model bisnis tatap muka menjadi online ini seiring dengan perubahan konsumen yang semakin urban.
“Mahasiswa dari kampus mana saja, saya kira saat ini menunjukkan gejala positif memanfaatkan handphone dan laptopnya untuk berwirausaha. Entah menjadi penyalur atau penjual,” ujarnya.
Hanya saja, menurut dia, pemerintah nampaknya yang lebih sering ketinggalan menanggapi kemajuan ini. Doktor lulusan UB ini lantas mencontohkan problem transportasi online dengan transportasi umum.
“Mereka pemilik jasa transportasi online itu, hanya memfasilitasi konsumen agar mendapatkan kebutuhannya dengan lebih cepat dan murah. Apakah mereka punya armada? Tidak,” ujarnya.
Mereka, sambungnya, hanya bergerak melalui sistem. Orang lain dengan kendaraannya yang bergerak di lapangan. “Ini yang disebut membaca kebutuhan konsumen, sehingga, kita bisa lihat konsumen mereka sangat banyak saat ini,” ulasnya.
Pernyataan tersebut diamini oleh Dr Ec Indra N Fauzi MM, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (MEK PWM) Jawa Timur. Menurutnya, apapun bentuk wirausaha, tujuan utamanya ialah menjadi solusi dari permasalahan orang lain.
“Untuk itu, wirausahawan selayaknya berpikir jauh ke depan karena siklus bisnis yang semakin cepat seiring perkembangan teknologi yang makin maju,” kata dia.
Kesenjangan dalam menanggapi kemajuan bisnis adalah tugas penting wirausahawan. “Wirausahawan harus pandai melakukan kolaborasi, tak semata berkompetisi,” pesan Indra.
Dialog bisnis tersebut merupakan rangkaian “Syawal Expo dan Halal bi Halal Muhammadiyah Kota Malang. Hadir pula Kepala Cabang BRI Syariah Soekarno-Hatta Adjie Pamungkas dan Penyelia Operasional Kredit Bank Jatim Ivan Kusuma sebagai narasumber.
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh anggota MEK dan organisasi otonom se-kota Malang, mulai dari IMM, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda, Aisyiyah, dan Muhammadiyah, serta Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM).
Di akhir sesi, MEK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang meluncurkan aplikasi BejoMu, yakni aplikasi marketplace yang memudahkan wirausahan, utamanya wirausahawan Muhammadiyah, dalam memasarkan produknya berbasis jaringan.
Sementara itu, di area halaman masjid AR Fachruddin UMM, sebanyak 90 stan turut meramaikan agenda syawal expo. Stan-stan ini terdiri dari kuliner, fashion, jasa perbankan, amal usaha Muhammadiyah di berbagai bidang, dan sekolah-sekolah Muhammadiyah. (Isna)
Discussion about this post