Para Petarung Muslim: Setelah Salah Kini Khabib, Lalu …

Dhimam Abror Djuraid. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Setelah Mohammad Salah, sekarang muncul Khabib Nur Mahomedov.

Mohamad Salah telah mengguncang jagat sepakbola Eropa dan dunia. Pemuda Mesir 26 tahun itu menjadi idola baru kompetisi sepakbola Inggris yang menyihir miliaran orang di seluruh dunia dengan larinya yang kencang dan sepakan kaki kirinya yang bertenaga.

Lebih lagi, Salah adalah good boy yang saleh menjalankan Islam. Kekhusyukannya dalam ibadah menarik simpati puluhan juta penggemarnya yang non-muslim.

“Kalau Tuhanmu baik untukmu maka ia baik juga untukku”, puluhan ribu Liverpudlian, suporter Liverpool, gegap gempita menyanyikan chant itu di Stadion Anfield, kandang Liverpool. Tahun ini Salah agak redup.

Tapi, Islam tidak pernah kekurangan pahlawan baru. Khabib muncul tak kalah sensasional. Ia menjadi pahlawan baru setelah secara sensasional mencekik leher Connor McGregor sampai kehabisan nafas dan menjadi juara dunia tarung bebas UFC (Ultimate Fighting Championship) kelas berat ringan.

Namanya mendadak dikenal luas melebihi kalangan penggemar UFC di seluruh dunia yang jumlahnya disebut mencapai 285 juta orang. Khabib menjadi ikon baru dunia olahraga global. Terlebih, ia menjadi pahlawan baru di kalangan muslim dunia.

Khabib maupun Salah, dua-duanya adalah pemuda yang khusyuk, tekun beribadah, dan rajin membaca Alquran.
Bedanya, Salah potret pemuda Islam yang santun dan lembut, sementara Khabib lebih mirip bad boy. Ia melompati pagar ring oktagon dan menyerang ofisial McGregor sampai terjadi tawuran masal setelah pertandingan resmi berakhir.

Tapi, keduanya sama-sama petarung muslim yang berhasil menaklukkan panggung olahraga internasional yang selama ini dikuasai oleh kapitalisme global. Khabib dan Salah mengalahkan mereka tepat di jantung permainan mereka sendiri.

Kemenangan Khabib begitu sensasional, karena McGregor bukan sekadar juara dunia tapi sudah menjadi ikon global. McGregor yang berasal dari Irlandia adalah personifikasi Barat yang jumawa yang merasa tak terkalahkan vis a vis dunia lain, terutama Islam.

Ia memenuhi sekujur tubuhnya dengan tato dan secara terbuka melecehkan Khabib dan Islam. Pada acara jumpa pers sebelum pertandingan, McGregor secara demonstratif menenggak minuman keras dan kemudian memaksa Khabib untuk meminumnya.

Karena itu duel Khabib melawan McGregor adalah duel peradaban, Clash of Civilization, dalam terminologi Huntington. McGregor adalah Barat-Amerika dan Khabib adalah Timur dan Islam.

Huntington (1996) sudah menengarai adanya benturan peradaban itu segera setelah Uni Soviet ambruk pada 1990. Benturan antara Amerika Serikat melawan Uni Soviet yang semula ideologis bergeser menjadi benturan antar-kuadran peradaban.

Secara umum Huntington membaginya menjadi empat peradaban besar, yaitu Barat-Amerika yang Kristen, Eropa Timur yang ortodoks, Asia Timur, dan Islam. Benturan paling keras, menurut Huntington, adalah benturan antara Barat-Kristen vs Islam.

Tesis ini memicu perdebatan. Tesis ini bertentangan dengan tesis Fukuyama (1991) “The End of History” yang menyatakan bahwa setelah komunisme Uni Soviet ambruk maka liberalisme-kapitalisme menjadi juara dunia, persaingan ideologi selesai, dan sejarah pun berakhir.

Bagi Fukuyama, sejarah berjalan linear dalam alur Hegelian tesis, antitesis, dan sintesis. Kapitalisme-liberalisme adalah sintesis baru setelah gagalnya komunisme sebagai antitesis. Amerika sebagai simbol kapitalisme-liberalisme menjadi penguasa tunggal dunia
Tesis Fukuyama dipatahkan oleh Huntington. Setelah Soviet ambruk musuh utama Amerika adalah Islam.

Maka George Bush memburu Sadam Husein dan Usamah bin Ladin sebagai simbolisasi Islam yang diidentikkan dengan perang melawan terorisme. Saddam dan Bin Ladin dilumpuhkan.

Tapi, perlawanan melawan Amerika tidak pernah berhenti. Ibarat kotak pandora yang tidak bisa dikendalikan setelah dibuka, apa yang disebut terorisme Islam adalah ciptaan Amerika sendiri. Usamah bin Ladin dan kawan-kawan tidak lain adalah kekuatan yang diciptakan Amerika untuk melawan Uni Soviet di Afghanistan pada 1990-an.

Kini, Soviet telah sirna. Tetapi, petarung-petarung Islam tetap selalu ada. Selama ketidakadilan masih terjadi terhadap Palestina dan Timur Tengah perlawanan para petarung muslim akan tetap muncul.

Meski kekuatan para petarung itu tidak terorganisasi dengan baik, tetapi spirit jihad yang mewarnai perlawanan itu sangat kuat. Spirit jihad yang diwarisi dari sejarah Perang Badar dan Uhud akan menjadi motivasi yang akan membawa kemenangan.

Semangat itulah yang kita saksikan memancar dari mata Khabib Nur Mohamedov ketika pada ronde keempat membanting McGregor ke sudut oktagon dan mencekiknya sampai kehabisan nafas.

Kemenangan itulah yang menginspirasi dan memberi kekuatan kepada petarung-petarung muslim di palagan politik Indonesia sekarang ini. (*)

Kolom oleh Dhimam Abror Djuraid, Wartawan Senior dan Doktor Ilmu Komunikasi Unpad.

Exit mobile version