PWMU.CO – Aisyiyah seperti diberi kesempatan untuk hidup yang kedua. Di tengah kebakaran yang menghanguskan rumahnya, ia masih selamat. Semua itu tak lepas dari takdir Allah.
Kini, kondisi rumahnya di Jalan Bajang Ratu 14 A Blimbing Kota Malang telah hancur beserta semua isinya. Hanya bangunan dinding gosong yang tersisa akibat dilalap si jago merah, Ahad (14/10/18) sore.
Kepada PWMU.CO yang mengunjunginya, Senin (15/10/18), Ketua tim perawatan jenazah di daerah Bajang Ratu itu menceritakan kronologis kebarakan rumahnya.
“Ceritanya, jam 10 pagi saya sibuk mengurus jenazah. Kebetulan ada warga yang meninggal. Karena ada hal yang harus ditangani secara khusus, saya minta tolong Bu Diyah untuk menghubungi tim medis RS Islam Aisyiyah,” kisahnya.
Di tengah kesibukannya menunaikan kewajiban kifayahnya itu, sekitar pukul 13.00 ia pamit pulang untuk shalat Dhuhur dan istirahat sebentar.
“Habis shalat Ashar saya minta tolong suami untuk membelikan pulsa. Saat itu saya mau mengucapkan terima kasih pada Bu Diyah—temannya di PCA Blimbing—dan ternyata paketan habis. Suami lalu pergi dengan membawa handphone saya,” cerita dia sambil berhenti sejenak mengambil nafas panjang. Terlihta matanya berkaca-kaca.
Sebelum keluar, sambungnya, suami meminta saya agar segera mengantarkan bakso untuk ibu. “Rumah beliau tidak jauh dari rumah kami,” tuturnya.
Menurut Aisyah, dia berada di rumah ibunya tidak lebih dari 15 menit karena ibunya menyuruh dia segera pulang. “Sudah pulang saja! Aku belum shalat Ashar, tadi baru shalat sunah,” kata Aisyah menirukan ibunya.
Anggota Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Cabang Aisyiyah Blimbing itu melanjutkan, saat dia keluar dari rumah ibunya itu terdengar suara para tetangga yang minta tolong. “Saya dengar banyak orang berteriak: ‘Tolooong … toloong … toloong…..’,” ucapnya menirukan warga.
Begitu sampai depan rumah, tuturnya, saya terpaku hanya menyebut asma Allah. “Api sudah berkobar-kobar. Semua tetangga membantu memadamkan api tapi tidak berpengaruh karena kobarannya sangat besar,” ungkapnya.
“Duapuluh menit kemudian blangwir datang tapi semua sudah hancur. Wong 15 menit saja semua sudah hancur,” tandasnya.
Aisyah menyampaikan, blangwir—sebutan khas warga Malang pada mobil pemadam kebakaran—menghabiskan 9 tangki untuk memadamkan api yang berkobar akibat hubungan arus pendek itu.
Dari peristiwa kebakaran itu Aisyah hanya memiliki sebuah handphone dan baju yang dia kenakan. “Tapi alhamdulillah masih banyak saudara. Sekarang sementara saya tinggal di rumah saudara saya. Tadi malam Ibu Ketua PDA (Pimpinan Daerah Aisyiyah) dan rombongan PCA Blimbing juga langsung ke sini. Mereka juga membawa bantuan yang kami perlukan,” urainya.
Aisyah menuturkan, kejadian itu membuat dia semakin bersyukur. “Saya ikhlas. Saya sangat bersyukur masih diberi hidup. Suami saya selamat. Juga anak saya yang pekan ini mau sidang (skripsi), juga selamat,” ungkap dia. “Saya berdoa semoga rumah tetangga sekitar tidak ada yang terkena imbas.”
Guru TK Aisyiyah 22 Blimbing Kota Malang itu mengaku kepikiran kebakaran yang menghancurkan rumahnya berimbas pada tetangganya.
“Yang saya pikirkan adalah rumah tetangga saya. Saya berdoa terus, semoga kanan, kiri, dan belakang rumah saya tidak terkena imbas sedikit pun dari kebakaran ini,” harapnya.
Dan doa Aisyah itu terkabul. Sebab tidak satu pun rumah tetangganya yang rusak padahal posisi dinding saling berdempetan.
Aisyah mengungkapkan, sampai saat ini soal sandang dan pangan keluarganya sudah tercover. “Yang paling kami pikirkan saat ini adalah bagaimana saya harus mengirim biaya kuliah anak saya yang di Jakarta,” tuturnya.
Pasangan Aisyah dan Muhammad Iswari dikaruniai dua putri. Yaitu Intan Faridah Ilmiati yang sedang kuliah di Jurusan Akuntansi di Universitas Negeri Malang, yang insyaallah akan sidang skrpsi dalam pekan ini. Putri kedua adalah Elok Mutiara yang duduk di semester tiga Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) Jakarta.
Aisyah berharap suaminya bisa segera mendapat pekerjaan dan bisa menyelesaikan kuliah putrinya, terutama yang di Jakarta.
Muhammad Iswari sendiri bekerja sebagai tukang bangunan. “Selama satu tahun sepi tidak bekerja,” ujarnya. Sementara rumah yang ditempati sejak tahun 1998 ini sekarang tidak bisa ditempati lagi. “Semua perabot dan surat-surat penting tinggal abunya saja,” ucapnya, sedih.
Bagi netizen yang mau meringankan beban Aisyah bisa transfer melalui: Bank Muamalat 7710018970 an Lazismu PWA Jatim; Bank Syari’ah Mandiri 9000004445 an Kantor Layanan Lazismu PW Aisiyah Jatim; atau Bank Jatim Cabang Sidoarjo 0262286151 an PWA JATIM.
Untuk konfirmasi bisa menghubungi nomer: 0822-9776-1383 (Lifah) dan
0856-3069-794 (Masad).
Semoga para netizen terketuk hati untuk membantunya! (Uzlifah)
Discussion about this post