PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs Mohammad Sulthon Amien MM resmi menyandang gelar Doktor, Selasa (15/1/2019). Sulthon dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dalam ujian terbuka Program Studi Doktor dan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Gelar Doktor itu didapat oleh Promovendus Sulthon setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Inovasi Implementasi Standar Pendidikan Nasional (SNP): Peran Kepemimpinan dan Budaya Sekolah untuk Peningkatan Kualitas Sekolah”.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Surabaya ini dalam presentasinya menerangkan, revolusi Industri 4.0 di bidang pendidikan mendorong orang untuk berpikir cepat. Juga mendorong orang untuk menerima dan adapted terhadap perubahan.
“Oleh karena itulah guru-guru harus inovatif dalam setiap aktivitas pembelajarannya,” kata Sulthon di hadapan tujuh penguji.
Sulthon kemudian memaparkan lima inovasi implementasi standar proses. Pertama adalah guru harus multiperan, kedua adalah program tiga bulan untuk monitoring guru baru, dan ketiga adalah micro teaching bagi guru yang memiliki RPP inovatif.
Kemudian, lanjut dia, keempat adalah pengembangan guru profesional dan kelima adalah tenaga kependidikan yang inspiratif.
Ia menyatakan, anak didik tidak boleh terkungkung dengan pola pendidikan lama yang cenderung tidak memberi ruang pada siswa untuk kritis. “Pembelajaran mulai pagi hingga sore hari itu haruslah menarik dan menyenangkan,” tegasnya.
Nah, kata dia, sekolah swasta lebih mempunyai ruang untuk melakukan inovasi di bidang knowledge dan akhlak, dibandingkan dengan sekolah negeri. Ia menyebutkan, ada empat aspek yang diterapkan di Sejati (Sekolah Alam Jawa Timur), yaitu kepemimpinan, budaya,
standar proses dan standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). “Jadi inovasi bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi,” ungkapnya.
Sulthon pun memberi kritik terhadap disertasinya ini lantaran masih terlalu tipis. “Disertasi saya yang setebal 500 halaman itu terlalu tipis,” tandasnya.
Salah satu penguji Dr Agus Heruanto Hadna PhD pun memuji disertasi yang dipaparkan oleh Sulthon. Menurut Pakar Kebijakan Publik UGM itu, Promovendus Sulthon seharusnya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia karena inovasinya yang luar biasa untuk dunia pendidikan. “Promevendus Sulthon layak jadi Mendikbud,” pujinya.
Adapun Owner Laboratorium Parahita ini tercatat sebagai lulusan pertama Program Studi Doktoral dan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM. Sulthon juga tercatat sebagai Doktor ke-4036 di UGM. (Aan)
Discussion about this post