PWMU.CO – Pengajian rutin Jumat Pagi (Jumpa) yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Dukun, Kabupaten Gresik, berlangsung meriah, (1/2/19).
Tidak hanya memadati ruangan, peserta pun meluber sampai halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah Dukun tempat acara diselenggarakan.
Kemeriahan itu tak lepas dari kehadiran dua Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur—yang keduanya sedang mendapat amanah untuk melakukan jihad politik.
Prof Dr H Zainuddin Maliki MSi diamanahi menjadi Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sedangkan H Nadjib Hamid MSi sebagai Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Jatim nomor urut 41.
Dalam kesempatan itu Zainuddin menyampaikan ciri manusia bertakwa, yaitu ikhlas. “Orang ikhlas disiapkan pahala yang besar,” ujarnya.
Pentingnya sikap ikhlas ini menurut dia karena negara kita sekarang mengalami krisis keikhlasan. “Dan berbuatlah kebaikan lebih banyak, supaya kesalahan-kesalahan kita dapat ditutupi perbuatan baik kita,” pesan pria yang maju jadi caleg dari PAN Dapil Gresik-Lamongan nomor urut dua ini.
Zainuddin menegaskan, negeri ini didirikan oleh pejuang-pejuang kita dan oleh para kyai. Maka umat Islam mayoritas ada di negara ini. “Oleh karena itu pondasinya tidak boleh bertentangan dengan orang Islam. Tentunya pemimpinnya pun harus mengerti isi hati orang Islam,” terangnya.
Oleh karena itu dia mengajak umat Islam dalam pemilu tanggal 17 April 2019 untuk memilih dengan pikiran jernih. “Jangan karena sebuah amplop hingga menghalangi pikiran jernih kita,” pesannya.
Muhammadiyah, ujarnya, bila dilihat adalah suatu persyarikatan yang bergerak di bidang pendidikan dan amal usaha lainnya. “Tapi Muhammadiyah di panggung politik dianggap kecil. Untuk itu sudah saatnya Muhammadiyah bangkit. Kita akan berjihad politik agar Muhammadiyah menjadi organisasi yang diperhitungkan dan nantinya ikut menata negeri ini menuju kebaikan,” ungkapnya.
Nadjib Hamid juga mengingatkan pentingnya jihad politik bagi Muhammadiyah. Dia memberikan beberapa contoh undang-undang yang merugikan umat, khsusunya Muhammadiyah. Untungnya beberapa di antaranya berhasil diperjuangkan melalui uji materi di Mahkamah Konstitusi.
“Kedzaliman saat ini sudah sangat canggih, maka Muhammmadiyah memutuskan bahwa dakwah itu tidak hanya di bidang pendidikan dan amal usaha lainnya, tapi juga harus bisa merebut kursi di panggung politik,” tegasnya.
“Siapakah pendukung jihad politik Muhammadiyah?” tanya Nadjib membakar semangat hadirin. Para peserta pengajian pun serempak menjawab, “Siap. Allahu akbar!” (Zakiya)
Discussion about this post