Muhammadiyah Besar bukan Karena Uang

Peserta Baitul Arqam PDM dan PDA Sidoarjo (foto istimewa)
Peserta Baitul Arqam PDM dan PDA Sidoarjo (foto istimewa)

PWMU.CO – Muhammadiyah berkembang dan bertahan hingga sekarang, bukan karena uang. Tapi karena gagasan besar, ketekunan, kreatifitas, komitmen dan keikhlasan para aktivisnya, serta dikelola secara amanah. Demikian diungkapkan Nadjib Hamid dalam acara Baitul Arqam Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo, di Hotel Grand Trawas, Mojokerto (4/6).

(Baca: Ber-Muhammadiyah dengan Gembira akan Memberi Energi Positif dan Potret Warga Muhammadiyah: Rasional yang Tak Rasional)

Oleh karena itu, kata Nadjib, menjadi pemimpin Muhammadiyah harus visioner, punya gagasan besar, mau berkeringat untuk meng­gerakkan dakwah Persyarikatan, bisa mengarahkan ketika terjadi goncangan, mampu mengo­or­dina­sikan aneka sumberdaya yang berserakan, dan kehidupan kesehariannya bisa jadi panutan.

“Jika pemimpin hanya berebut tampil ketika panggung sudah disediakan, dan sibuk menyingkirkan siapa saja yang dianggap penghalang, serta maunya ambil posisi aman ketika menghadapi permasalahan, dipastikan tidak akan membikin besar Muhammadiyah, tapi akan melahirkan konflik berkepan­jangan,” tandasnya.

(Baca juga: Inilah 5 Ciri Islam Berkemajauan dan Jangan Jadi Umat Islam Sontoloyo)

Lebih lanjut Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu, mengilustrasikan manajemen Muhammadiyah, seperti manajemen pembangunan masjid. Jika panitia menunggu uang baru membangun, uang tidak akan terkumpul, dan masjid tidak akan terbangun. Tapi mulailah membangun, uang akan terkumpul.

“Demikian pula Muhammadiyah, kalau kegiatannya menunggu punya uang, tidak akan ada kegiatan dan tidak akan punya uang. Sebaliknya, jika ingin punya uang, maka berkegiatanlah,” tandas Nadjib.

(Baca: Bangga Jadi Kader Keren Muhammadiyah dan Ingin Jadi Pemimpin Sukses? Penuhi 5 Indikator Ini!)

Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Sidoarjo, Burhanudin menjelaskan bahwa Baitul Arqam yang berlangsung selama dua hari (4-5/6), ini dimaksudkan sebagai upaya penyamaan pemahaman bagi pimpinan baru agar bisa bersinergi dalam mengemban amanah. “Untuk itu, yang dilibatkan adalah para pimpinan Muhammadiyah, dan Aisyiyah berikut Majelis dan Lembaganya”. (*)

Exit mobile version