PWMU.CO – Tak lelah mengabdi. Kalimat itu tepat untuk menggambarkan sosok Idayanti SPd. Guru Sosiologi SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio) Gresik itu sudah 31 tahun mengabdi di Muhammadiyah.
“Saya dulu mengawali karier sebagai guru di STM Muhammadiyah Kartosuro, Surakarta” ucap wanita yang kerap dipanggil Ustadah Ida itu, Jumat, (31/8/19). Di Surakarta dia mengajar selama lima tahun, yaitu 1988-1994.
Setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun 1994 Ida memutuskan untuk kembali ke Kebomas Gresik dengan alasan agar dekat dengan orangtuanya.
Kemudian dia mencoba melamar sebagai guru di SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, “Waktu itu ada sekitar 300 pelamar yang mendaftar.” Dari 300 pelamar, Ida menjelaskan, pada tahap terakhir hanya diambil lima orang untuk diterima di SD Mugeb, “Alhamdulillah saya termasuk lima pelamar yang lolos tersebut.”
Sepak terjang Ida kala itu di SD Mugeb masih pada tahap merintis sekolah. “Tahun 1995 muridnya masih 52. Beda dengan sekarang yang sudah hampir mencapai 900 siswa,” ungkapnya.
Guru Sosiologi tersebut juga menceritakan pengalamannya ketika harus mencari siswa dari rumah ke rumah. Dulu sempat juga dikira pencari sumbangan sampai disuruh pergi pemilik rumah. “Mohon maaf Bu, kami tidak menerima sumbangan,” kenang Ida menirukan pemilik rumah yang ia datangi.
Saat ditanya pernah terbersit atau tidak untuk mencari pekerjaan lain, Ida mengaku sempat terpikirkan. “Dulu sempat iri melihat teman yang menjadi pegawai,” ujarnya.
Tapi karena dari kecil sudah hidup di lingkungan Muhammadiyah, Ida memutuskan untuk ‘menyerahkan’ hidupnya di Muhammadiyah.
“Bayangkan saja saya sudah hampir 27 tahun mengabdi di Muhammadiyah. Di GKB mulai di SD Muhammadiyah 1 GKB kemudian dipindah ke SD Muhammadiyah 2 GKB dan sekarang di SMA Muhammadiyah 10 GKB ini,” paparnya.
Dari kesibukan yang padat di sekolah, Ida tak melupakan kewajibannya ketika di rumah. “Ketika di rumah tetap tugas saya sebagai seorang istri dan seorang ibu, itu sudah prinsip saya,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Ida mengungkapkan suka dukanya selama berkiprah di Muhammadiyah, “Suka dukanya banyak. Salah satunya, saya merasa senang ketika ada murid yang pengertian kepada gurunya.”
Kepada siswa di Smamio, berpesan agar memegang teguh prinsip agar cita-citanya kelak bisa tercapai. “Genggam apabila itu baik menurutmu atau lepaskan apabila itu tak baik menurutmu,” tutup Ida. (*)
Kontributor Rahman Maulana. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post