PWMU.CO – Peserta Study in Japan SMP Muhammadiyah 12 KGB (Spemdalas) Gresik, berkesempatan untuk menikmati kenyamanan terbang bersama Singapore Airlines.
Sebanyak 32 peserta sampai di Narita Airport Tokyo Jepang setelah berada di udara selama delapan jam sejak pukul 11.55 waktu setempat di Changi Airport Singapore. “Bersyukur ya, kita bisa naik Singapore Airlines,” kata Lussy Novarida Ridwan, pendamping.
Sementara itu, ada perbedaan waktu sekitar satu jam antara Singapura dan Jepang. Hal ini mulai harus disadari dan perlu diperhatikan oleh peserta. “Nanti shalat Subuh kita jam 03.00 waktu Jepang ya,” katanya mengingatkan pada semua peserta.
Setelah masuk ke dalam pesawat, rombongan ini melihat badan pesawat yang begitu luas, tempat duduk yang nyaman dan empuk serta kecanggihan pesawat dengan sistem otomasinya dan beragam layanan lainnya.
Setiap penumpang difasilitasi dengan layar monitor secara personal yang berisi layanan di antaranya entertainment dengan 51 jenis film dari berbagai belahan seperti film Jepang, Barat, dan India. “Keren, ada juga Shazam, dan juga Avengeer: the Infinitive the war,” terdengar obrolan antara Ahmad Nabil Febrilian Subagio dan Adly Mi’raj Septian yang duduk disamping saya.
Ada juga layanan khusus untuk anak kecil hanya dengan memutar remote dan tombol Just for kids, aneka game dan lain sebagainya. Saat masuk awal pesawat peserta pun diberikan warm washlap untuk bisa digunakan dalam merelaksasi anggota tubuh sebelum terbang.
Di dalam pesawat, ada seorang ibu muda yang duduk dua baris di depan penulis. Ibu muda berparas cantik berkulit kuning langsat ini menggunakan jaket ungu tua sedang memangku si anak kecilnya yang berusia sekitar dua tahunan itu.
Sejak masuk ke dalam pesawat dia sudah mengkondisikan anaknya dengan membolak balik buku dan mengajaknya bermain semacam puzzle book. Si anak kecil pun dengan semangat membolak-balik buku dan dengan tangan yang mungil dan lincah memindahkan satu gambar ke bagian lain dari buku.
Sesekali ibu muda itu memandunya. Sempat kulirik bagian dari isi bukunya ada yang berjudul Full it up dan ada juga yang berjudul Match The Car to The Shadow.
Menarik bukunya dan interaktif bagi si kecil. Meski dalam perjalanan, si Ibu muda itupun mengkondisikan si kecilnya tidak dengan sebuah permainan boneka ataupun yang lain, tapi read a books.
“Waah sudah hampir satu jam berlalu, atau sekitar pukul 01.30 malam si kecil pun masih asyik terus belajar,” gumam saya dalam hati.
Ini yang kadang jarang terjadi saat di Indonesia. Umumnya agar tidak merepotkan, para ibu lebih baik memberikan gadget atau permainan lain. Jarang yang membiasakan diri dan anaknya dengan membaca buku sejak usia balita.
Mungkin budaya inilah yang membuat masyarakat Jepang suka membaca buku, karena sejak kecil sudah dibiasakan. Bahkan terlihat di depannya, terdapat tas terisi sekitar lima buku serupa yang dijadikan untuk media belajar bagi si kecil. Di mana pun berada dan kapanpun pembiasaan membaca terus dilatihkan agar otak juga sudah mulai berkembang dan berpikir maju.
Tepat pukul 02.00 dini hari, suasana pesawat mulai gelap, awak pesawat mulai mematikan lampu dan satu persatu para penunpang berusaha untuk memejamkan matanya untuk beristirahat. Meski beberapa di antaranya masih asyik menikmati film atau tontonan lain dilayar monitor. Begitupula bagi si kecil, ibu muda itupun dengan mudah mengkondisikan anaknya untuk istirahat hanya dengan menepuk badanya dan boneka dombanya digenggamannya dikecil bisa pulas tidurnya.
Sekitar pukul 04.00, rombongan SMP Muhamamdiyah 12 GKB Gresik yang akan mendarat ke Narita Airport Tokyo pun melaksanakan shalat Subuh di dalam pesawat. Saling mengingatkan antarteman di sampingnya, sebagaimana pesan dari guru pembimbingnya.
Kepala Spemdalas Hari Widianto yang mengikuti rombongan mengatakan, para siswa harus tetap menjalankan pembiasaan ibadahnya sesuai syariat Islam sebagai tuntunan yang ada dalam Alquran dan Assunah. “Meskipun dalam perjalanan atau dalam situasi yang berbeda,” ujarnya.
Pikiran dan perilaku positif, sambungnya, penting untuk dilatihkan sejak usia dini, agar membekas menjadi suatu pembiasaan dan habit yang pada akhirnya akan membentuk sebuah karakter atau budaya masyarakat di wilayah tertentu.
“Habituasi inipun akan membekas dan terlaksana secara otomatis di manapun dan kapanpun kita berada,” ujarnya (*)
Penulis Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post