PWMU.CO– Nabi Isa, dalam al-Quran mendapatkan banyak sebutan berkaitan dengan status, keberadaan, dan tugasnya. Seperti para nabi lainnya, dia juga diposisikan sebagai uswah, pemimpin, dan panutan yang membawa misi tauhid.
Demikian materi yang disampaikan dalam Pengajian Tarjih edisi ke-117 pada Rabu (10/2/2021) dengan narasumber Dr Ustadi Hamsah, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dia menjelaskan, al-Quran menggambarkan beberapa aspek terkait Nabi Isa yaitu dari sisi nama, proses kelahiran, kehidupan, dan kematiannya. Ustadi Hamsah membahas ihwal sebutan-sebutan dalam al-Quran yang melekat pada diri Nabi Isa.
”Pertama, Isa disebut sebagai ’ayat’ (3:50) maksudnya adalah dia sebagai tanda kekuasaan Allah. Kelahiran Isa itu tanda kekuasaan Allah. Penciptaan Isa itu tanda kekuasaan Allah. Posisi Isa atau penciptaannya itu sama dengan Adam yang sama-sama Allah ciptakan dari tanah,” terangnya.
Dia menerangkan, penciptaan, kelahiran, kemukjizatan yang melekat pada diri Isa merupakan tanda kekuasaan Allah. Sebagai Zat Yang Mahakuasa, Allah mampu memberikan keistimewaan Nabi Isa.
Kedua, disebut ’matsal’ (3: 59 dan 43: 57, 59). Artinya, perumpamaan. Ini tanda kekuasaan Allah mampu menciptakan makhluk tanpa latar belakang apapun itu juga bisa. Menciptakan dari tanah, Allah bisa seperti Adam dan Isa.
Sebutan lainnya adalah ’syahid’ (5: 117). Artinya, sebagai nabi dan rasul, Nabi Isa memiliki posisi sebagai saksi atas umatnya. Saksi atas kebenaran dan ketauhidan yang harus disebarkan kepada umat. Nabi Isa harus dapat menjadi saksi atas umatnya sebagaimana Rasulullah Muhammad saw.
”Keempat, ’rahmah’ (19: 21). Maksudnya, di mana pun ia berada itu membawa kebaikan, kebenaran, dan ketentraman pada orang-orang di sekitarnya. Termasuk Rasulullah saw karena posisinya adalah rahmatan lil alamiin,” tutur Ustadi Hamsah.
Dia menjelaskan, apa yang diajarkan oleh Isa bin Maryam yang sesuai dengan ketauhidan itu dilanjutkan dan disempurnakan oleh Rasulullah saw sehingga Isa pun di dalam al-Quran disebut sebagai rahmah.
Pinunjul
”Kelima, ’wajih/pinunjul’ (3: 45), artinya, terkemuka, karena posisinya sebagai ayat yang diturunkan Allah yang latar belakang kemukjizatannya memang luar biasa,” ujar Ustadi Hamsah.
Ustadi menyatakan, bukan berarti pinunjul itu melebihi nabi-nabi lain, tapi karena kemukjizatannya itu berbeda dari nabi-nabi yang lain.
Keenam, ’min al-muqarrabin’ (3: 45) yaitu orang-orang yang dekat dengan Allah sehingga keinginan Isa selalu diijabah oleh Allah.
Ketujuh, ’min al-shalihin’ (3: 46) maksudnya, Isa termasuk orang-orang yang kontekstual, pandai dalam zamannya,” tandasnya.
Sebutan Nabi Isa kedelapan di dalam al-Quran adalah ’mubarak’, yang artinya membawa keberkahan Allah kepada orang-orang di zamannya. Mampu menyembuhkan orang buta, kusta bahkan dapat menghidupkan orang mati dengan izin Allah sehingga al-Quran menyebutkan Isa sebagai mubarak.
”Itulah keistimewaan Nabi Isa karena dari segi nama saja ia punya banyak penyebutan-penyebutan yang tidak didapati pada nabi-nabi yang lain,” ujar Ustadi Hamsah. (*)
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post