PWMU.CO – Merancang kehidupan pascapandemi menurut Prof Dr Din Syamsuddin harus dilakukan, meskipun menurut para ahli, musibah ini belum akan berakhir segera.
Hal itu dia sampaikan pada Kajian Ramadhan 1442 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang diselenggarakan melalui Zoom dan Youtube, Ahad (18/04/2021)
Menurut Din, di dalam al-Qur’an Surat an-Nahl ayat 97, Allah memberikan isyarat agar kita sebagai manusia menjalani kehidupan masa pandemi dan setelah pandemi dengan melakukan kehidupan yang terbaik (hayaatan thoyyibatan).
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Hayaatan thoyyibatan menurut Din Syamsuddin yaitu kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
“Kehidupan yang terbaik, berkualitas, tentu dari berbagai segi. Yang kemudian bisa membawa manusia secara keseluruhan, baik secara sosial dan kolektif untuk bisa berprestasi menampilkan keunggulan,” katanya.
Beramal Sholeh dan Menebar Maslahah
Dalam ayat tersebut, Din mengatakan, ada kaitannya dengan amal shaleh dan menebar kemaslahatan.
“Jadi yang beramal shaleh, yang banyak dikaitkan adalah sosok yang menebarkan kebaikan untuk kemanusiaan, bukan hanya untuk dirinya maupun kelompoknya. Itulah yang ditekankan oleh islam,” tandasnya.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah itu menyatakan, islam adalah agama yang sangat-sangat humanis dan keberagaman sejati itu adalah keberagaman yang humanis.
“Itulah yang ada di dalam Pancasila. Setelah Ketuhanan Yang Maha Esa kemudian ada Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Jadi ada rangkaian antara kebertuhanan, keberagaman dengan kemanusiaan,” katanya.
Kemanusiaan dalam arti kita beragama ini menurut Din selain untuk lillahi taala juga harus ada unsur lin naas untuk manusia.
“Agama itu dari Allah, tapi keberagaman itu untuk manusia. Jadi, di dalam konsep Lillah harus ada unsur linnaas. Maka bagi seorang muslim, ketika membaca Bismillah harus ada konotasi dengan nama Allah -dan untuk manusia. Dalam arti kita yang berbuat kebaikan ini untuk menebar rahmat dan maslahat bagi manusia,” katanya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Tahun 2005-2010 dan 2010-2015 ini mengatakan, perbuatan baik seperti itulah yang jika dilakukan dengan penuh keimanan maka akan membawa kepada hayaatan thoyyibatan.
“Jadi hayaatan thoyyibatan itu adalah output, utcome dari perbuatan baik kita. Karena dalam ayat itu, jika kita beramal sholeh, paling tidak Allah akan membuka jalan kepada kita untuk bisa meraih hayatan thoyyibatan itu,” paparnya.
Pilar Mewujudkan Rahmatan lil Alamin
Alumnus Pondok Pesantren Darussalam Gontor tersebut menjelaskan, konsep amal shaleh itu bisa menjadi pilar bagi warga Muhammadiyah dan harus dimulai dengan upaya individual untuk bisa menciptakan hayatan thoyyibatan itu tadi.
“Jadi itu bisa menjadi pilar, jika kita ingin mewujudkan baldatun thoyyibatun dalam skala nasional, rahmatan lil alamin dalam skala global atau jamaatan thoyyibatan dalam skala organisasi,” terangnya.
Dia mengaku memilih isyarat al-Qur’an ini sebagai sebuah saran dalam merancang kehidupan menghadapi pandemi dan kehidupan pasca pandemi agar warga Muhammadiyah bisa mengambil pelajaran dari musibah ini.
“Saya kira ini jadi perenungan bagi umat manusia.
Kita dituntun untuk mampu mengambil pelajaran dan merancang kehidupan yang hayaatan thoyibatan, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat,” ucapnya.
Selain menawarkan protokoler kesehatan, menurut Din, sudah seharusnya dalam menghadapi pandemi ini, umat islam juga meningkatkan protokol spiritual.
“Kedekatan spiritual inilah yang luput. Ekonomi dibuka, wisata dibuka, perdagangan segera berlanjut, tapi ranah pada spiritualitas luput,” katanya.
“Maka hayaatan thoyyibatan ini mengandung hubungan manusia dengan Tuhan. Sudah seharusnya dengan adanya pandemi ini membuat umat islam bertambah religius. Saya kira tidak hanya menawarkan protokoler kesehatan, tapi juga harus spiritual kesehatan,” tegas Din. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni