PWMU.CO – Syekh Tahir Jalaluddin, Ulama Minangkabau yang Berkiprah di Malaysia. Assoc Prof Dr Hafiz Zakariya dari Universiti Malaysia Terengganu menerangkan sumbangan islah Syekh Tahir Jalaluddin di Melayu dan Indonesia.
Dia memaparkannya dalam seri webinar #1: Perjuangan Menghadapi Kolonialisme, Kontribusi Cendekiawan Muslim di Asia Tenggara, Sabtu (6/11/2021). Webinar itu digelar International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia bersama East and Southeast Asia
Hafiz Zakariya mengenalkan beliau sebagai tokoh asal Minangkabau yang sudah menjadi bagian warisan sejarah nasional Malaysia.
Awalnya, Hafiz Zakariya menerangkan konteks masyarakat Islam di tingkat global pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Di mana konteks inilah yang membawa islah muncul dalam Islam sebagai respon terhadap krisis kemunduran umat.
Konteks Masyarakat Islam
Syaikh Tahir Jalaluddin berperan di Arab, Minangkabau, dan Melayu. Pada abad ke-7 sampai 13, center and the master of civilization (pusat peradaban) ada di Baghdad, Andalusia, dan Afrika Utara. “Tapi keadaan itu tak bertahan lama, di mana akhir abad 15, kekuasaan Eropa muncul,” ujarnya.
Dunia dan perdagangan yang dulunya umat Islam kuasai, beralih tangan dengan kemunculan Barat, seperti pedagang dari Portugis dan Spanyol. Maka para pedagang Islam menjadi konsumen peradaban. Dengan kata lain, terjadi kolonialisme atau penjajahan.
“Awal abad 16, kita menyaksikan kejatuhan demi kejatuhan, seperti jatuhnya Kota Melaka, mereka hanya menggunakan apa yang (Barat) hasilkan,” terangnya.
Umat Islam yang mengalami kemunduran saat itu, perlu ‘dibangunkan’ supaya mereka sadar masih tidur. “Tidak ada tampar lebih hebat melainkan dijajah. Dijajah, perkara yang cukup menghinakan,” ucapnya.
Awal abad 20, satu per satu wilayah umat Islam dijajah. Kalaupun ada yang tidak dijajah, bukan karena negara itu kuat. Tapi ada bagian konspirasi Barat. “Iran secara teknis tidak pernah dijajah, tapi menjadi bahan manipulasi dan dipaksa menepati banyak perjanjian,” ungkapnya.
Al-Quran jelas menerangkan, dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang shaleh. Tapi pada akhir abad 19-awal abad 20 berlaku sebaliknya. “Mengapa hal ini terjadi? Apakah al-Quran tidak menceritakan kebenaran?” tanyanya retorik.
Dengan tegas dia menjawab, al-Quran menceritakan kebenaran. Hanya saja itu terjadi agar umat Islam senantiasa mengoreksi diri. Masalahnya bukan ‘apa yang salah dengan Islam?’ tapi ‘apa yang salah dengan diri kita?’. “Kita mengucap syahadat, tapi apakah mengamalkan Islam?” ujarnya.
Desak Umat Islam Bangkit dari Penjajahan
Maka, muncullah tokoh Syekh Tahir Jalaluddin yang mendesak umat Islam untuk bangkit dari penjajahan. Beliau belajar dari berbagai ulama. Tidak hanya berhenti di Makkah, tapi juga lanjut belajar ilmu Falak ke Kairo.
“Makkah memang tempat pahala (kita beribadah di Masjidil Haram) dan ilmu agamanya hebat.Tapi lebih ada kebebasan pemikiran di Kairo, pelajar boleh mempelajari lebih dari apa yang mereka dapat, seperti politik,” jelas dia.
Mengingat orang Minangkabau kaya pepatah, Hafiz Zakariya mengutip pepatah modern menarik dari sosiolog Mina Elfira: “Bila seorang Minangkabau sudah tidak Muslim lagi, maka Minangnya sudah hilang, yang tinggal hanya kabaunya.”
Dari pepatah itu, Hafiz menilai umat Islam di Minangkabau tergolong unik. “Mereka dikenal taat, tapi juga kuat memegang adat, juga tradisi merantau yang kuat,” ungkapnya.
Seperti halnya Syekh Tahir Jalaluddin, pria Minang itu akhirnya berkiprah di Melayu. Melihat fenomena ini, Hafiz mengimbau, “Alangkah baiknya terus melacak, menekuni bagaimana anak-anak Minangkabau mencurahkan bakti di tempat lain.”
Tokoh Reformis Melayu
Hafiz Zakariya mengingat sosok asal Minang lainnya, Buya Hamka. Ketika mendapatkan ijazah doktor terhormat dari Universitas Al-Azhar tahun 1958, Buya Hamka menyampaikan peran penting Syekh Tahir Jalaluddin dalam penyebaran aliran Islah yang dipelopori Muhammad Abduh. Akhirnya ini dibukukan pada 1961 dengan judul “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia”.
Hafiz pun mengutip ucapan Hamka, “Sesungguhnya Syekh Tahir Jalaluddin merupakan perintis dan pelopor utama pemikiran islah Muhammad Abduh di Nusantara.”
Hafiz menyatakan, Syekh Tahir Jalaluddin menjadi tokoh reformis yang terkenal di Melayu. Jadi hijrahnya ke Melayu memberi manfaat besar pada golongan reformis. “Tidak ada orang yang lebih terpelajar dalam ilmu agama selain Syaikh Tahir Jalaluddin,” terangnya.
Syekh Tahir Jalaludin lahir pada Selasa, 7 November 1869 di Bukittinggi. Dia sepupu Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Dia lahir dari keluarga yang sangat dihormati. “Tiga generasi mereka adalah pejuang Islah di Minangkabau dan dunia Islam,” ujarnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni