![Prima Mari Kristanto penulis Jejak Khilafah.](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2020/08/IMG-20200528-WA0006-1-1-1.jpg?resize=1024%2C669&ssl=1)
Wayang, Waktunya Disayang, Bukan Diserang, oleh Prima Mari Kristanto, warga Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Demikian judul pada salah satu novel Tere Liye. Semua kejadian yang ada telah sesuai skenario tanpa harus mencari siapa salah siapa benar. Hari-hari ini ibarat pertunjukan wayang sedang terjadi adegan perang Baratayudha antara dua kubu yang bersaudara.
Perang psikologis dengan tema wayang telah membuat banyak orang menjadi lebih perhatian pada seni pertunjukan wayang. Kesenian wayang telah mengalami akulturasi dengan budaya Jawa dari asal usulnya India, berupa wayang beber menjadi wayang kulit, wayang golek, wayang suket, wayang orang, dan lain-lain.
Dengan wayang kulit para ulama mengenalkan nilai-nilai Islam seperti jimat kalimosodo sebagai dua kalimat syahadat. Dari seni pertunjukan wayang masyarakat dihibur, diberi wejangan, didakwahi tanpa merasa digurui melalui karakter-karakter yang ditampilkan.
Karakter Pandawa, Kurawa, Rahwana, sampai Sengkuni menggambarkan watak atau karakter manusia secara umum. Pada kisah Baratayudha digambarkan bahwa kebenaran pasti menang melawan kebatilan, meskipun pandawa pada pihak yang benar berjumlah jauh lebih sedikit dari pihak kurawa yang batil.
Pada tokoh Sengkuni masyarakat bisa mengetahui watak sosok munafik, pengadudomba, dan pemecahbelah.
Seni pertunjukan wayang kulit telah menjadi salah satu urat nadi seni budaya Indonesia khususnya bagi masyarakat Jawa. Sampai dengan hari ini pertunjukan wayang tidak pernah sepi penonton, selalu ramai mengalahkan tontonan film box office dan drama Korea, padahal cerita wayang dari dulu begitu-begitu saja.
Pertunjukan wayang semalam suntuk menjadi kebanggaan sendiri bagi penonton, merasa kuat, khidmat, bahkan serasa mengikuti tabligh akbar dipimpin sang dalang. Dari kelestarian pertunjukan wayang sampai hari ini menunjukkan bahwa kesenian masih menjadi wasilah yang sangat efektif untuk dakwah.
Baca sambungan di halaman 2: Muhammadiyah dan Budaya
Discussion about this post