PWMU.CO – Pernahkah Anda mendengar istilah gendruwo? Di Lamongan, gendruwo adalah sebutan makhluk bangsa jin yang menakutkan. Nah, di kalangan masyarakat tertentu, diyakini bahwa gendruwo bisa memiliki anak, hasil perkawinannya dengan manusia. Tapi … benarkah?
Anak gendruwo itulah yang menjadi bahasan menarik dalam Kuliah Umum Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhamamdiyah Paciran Lamongan, yang diadakan di luar kampus, yaitu di TPI Masjid Nurul Huda Jalan Mayjend Panjaitan XV No 5 Malang, (26/1).
(Baca: Tiga Wajib bagi Orangtua dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini)
Sebelum membedah anak gendruwo, pengajar senior Fakultas Kedokteran UMM dr Tantowi Jauhari MKes, yang menjadi dosen tamu, menjelaskan bagaimana proses kejadian manusia dalam perspektif Alquran dan ilmu kedokteran.
Ceramah dimulai dr Tomi, panggilan akrabnya, dengan mengutip Alquran surat Al Insan ayat 2, “Sesunguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat.”
Menurut Wakil Direktur Rumah Sakit Umum UMM ini, ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan manusia berawal dari pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur wanita.
(Baca juga: Ini yang Dilakukan Umsida Agar Angka Kematian Ibu-Bayi Bisa Turun)
“Pada saat itu sel sperma (spermatozoa) bergabung dengan sel telur (ovum) dan menghasilkan suatu bentuk yang telah terbuahi (zigot)–yang dalam konteks Alquran disebut nutfah, yaitu air mani (sperma) yang keluar dari sulbi (tulang belakang) laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan,” jelas dia.
“Inilah ciri khas manusia. Jadi kalau ada yang meyakini bahwa manusia bisa memiliki anak gendruwo atau jin, itu pasti bohong. Karena sperma manusia atau ovum yang dimiliki kaum hawa jelas berbeda dengan bangsa jin. Tidak mungkin ada pembuahan pada jin atau gendruwo,” ungkap Tomi. “Kalau dipercayai, selain tidak ilmiah, pasti akan mendekatkan kita pada kemusyrikan.”
Sel sperma dan sel telur, kata Tomi, dibuat dan berkembang dalam sel benih (germ cell). Sel ini mengandung 46 kromosom yang dibentuk menjadi 23 pasang. “Dalam setiap pasang kromosom terdiri dari 1 kromosom pihak ayah dan 1 kromosom pihak ibu,” jelasnya.
(Baca juga: Dua Pola Pendidikan Anak: Sterilisasi dan Imunisasi, Anda Pilih Mana?)
Tomi juga menjelaskan bagaimana proses terbentuknya kelamin pada janin. Bahwa jenis kelamin bergantung pada jenis spermatozoa yang menyatu dengan ovum. “Ovum wanita yang matang mengandung Kromoson X. Sedangkan spermatozoa pria mengandung sebuah Kromosom X dan sebuah Kromosom Y,” ujar Tomi.
Dia melanjutkan, bila sel telur wanita yang mengandung Kromosom X bersatu dengan sel sperma mengandung Kromosom Y, maka menjadi kombinasi XY, sehingga menghasilkan jenis kelamin laki-laki. “Sebaliknya bila kromosom X berkombinasi dengan kromosom X maka hasilnya XX, sehingga jenis kelaminnya wanita,” kata Tomi.
Putra tokoh Muhammadiyah Dr Amir Hamzah ini menambahkan, “Jika kita mampu memahami proses kejadian ini, insyaallah semakin mendekatkan pada ketauhidan dan iman kepada Allah SWT.”
Vivi Qomariyah, salah satu mahasiswi perguruan tinggi pencetak guru agama di Paciran in, sangat tertarik dengan kuliah tamu kali ini. “Materi kesehatan yang bersumber dari ahlinya seperti ini, jarang kami dapatkan dalam kuliah reguler di kampus,” katanya. (Uzlifah)
Discussion about this post