![Wukuf di Arafah](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/07/Nurul-Humaidi.jpg?resize=800%2C529&ssl=1)
PWMU.CO– Wukuf di Arafah dalam ritual haji adalah drama egalitarian atau persamaan yang dijunjung tinggi dalam ajaran Islam, tetapi sering dilupakan oleh kaum muslimin.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Timur Dr M Nurul Humaidi MAg dalam khotbah Idul Adha di Stadion Surajaya Lamongan, Sabtu (9/7/2022).
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan, tanggal 9 Dzulhijjah disebut Hari Arafah. Kemarin lusa tanggal 8 Dzulhijjah dinamakan Hari Tarwiyyah, yaitu hari ketika dulu Ibrahim as bermimpi mendapat perintah mengurbankan anaknya, Ismail. Pada hari itu keduanya berangkat ke Mina melaksanakan perintah itu.
Menurut Nurul Humaidi, Hari Arafah adalah hari tatkala mereka yang menunaikan ibadah haji harus melaksanakan wukuf di Arafah. Wukuf adalah rukun haji terpenting yang niscaya. Al-hajju ‘arafah, haji adalah Arafah, begitu sabda Rasulullah saw.
”Melalui wukuf itu Allah hendak mempertontonkan kepada dunia tentang ajaran persamaan (equality, al-musāwāh) dalam Islam. Wukuf adalah drama egalitarianisme dalam Islam yang amat menakjubkan. Karena sama dan equal, maka tidak boleh ada manusia yang superior, dan juga tidak ada yang diizinkan menjadi inferior,” jelasnya.
Melepas Semua Atribut
Pada waktu wukuf itu, semua orang yang menunaikan ibadah haji harus melepaskan busana resmi dan pakaian sehari-hari yang biasa dikenakannya, diganti dengan pakaian ihram. Yakni dua helai kain seperti kain kafan yang dikenakan orang yang sudah mati. Pakaian sehari-hari mesti dilepaskan.
”Mengapa dilepas?,” kata Nurul Humaidi, ”Karena pakaian sehari-hari yang dikenakan manusia sering menutupi diri dari watak asli manusia. Pakaian sehari-hari melambangkan pola preferensi, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian sehari-hari, apalagi pakaian resmi, tanpa kita sadari telah menciptakan batas palsu yang berpotensi melahirkan perbedaan kelas di antara umat manusia, bahkan tidak jarang menimbulkan perpecahan,” tandasnya.
Ketahuilah, setiap perbedaan melahirkan diskriminasi. Dari diskriminasi timbullah konsep aku bukan kita. Aku dipergunakan di dalam konteks-konteks seperti: rasku, kelasku, kelompokku, partaiku, golonganku, dan bukan “aku” sebagai manusia,” ungkapnya.
Humaidi menambahkan, syarat sahnya haji menyatakan, kini lepaskanlah pakaianmu dan tinggalkanlah di miqat (tempat awal ihram). Lalu kenakanlah kain ihram, yang menyerupai kain kafan itu.
”Jangan tinggi hati, karena engkau di sini, di Arafah dan di Kota Suci ini, bukan sedang mengunjungi seorang manusia. Tetapi rendah hatilah, karena engkau hendak mengunjungi Allah. Hendaklah engkau menjadi manusia yang menyadari kefanaannya, atau menjadi manusia fana yang menyadari eksistensinya,” imbuhnya.
Lihatlah, kata Humaidi, sebuah keseragaman yang serba putih di hamparan Padang Arafah yang amat luas. Seolah-olah di Padang Arafah ini seluruh penghuni dunia berhimpun di dalam kemah-kemah putih yang terhampar dari kaki langit yang satu ke kaki langit yang lain. Di mana perbedaan hampir-hampir tidak ada lagi. Tidak ada diskriminasi karena perbedaan ras, jenis kelamin, atau status dan kelas sosial.
Harga Kehidupan
Sekretaris Pimpian Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang ini mengutip hadits Rasulullah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَ أَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَ سَتُلْقُونَ رَبَّكُمْ فَسَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kamu darah dan harta sesamamu serta kehormatanmu, seperti haramnya harimu ini, bulanmu ini, dan daerahmu ini, sampai kamu berjumpa dengan Tuhanmu dan akan ditanya segala perbuatanmu. (HR Bukhari)
Sangat meyakinkan, dalam Islam, sesungguhnya darah manusia, harta manusia, dan kehormatan manusia itu haram. Artinya suci, tidak boleh digugat, sebagaimana haramnya Hari Arafah, bulan Dzulhijjah, dan Tanah Makkah.
Begitu tinggi harga kehidupan manusia dalam Islam, sampai-sampai “siapa yang menyelamatkan hidup seorang manusia sungguh ia telah menyelamatkan hidup semua manusia, dan siapa membunuh satu orang manusia (karena alasan yang tidak dibenarkan syari‘ah) sama dengan membunuh semua manusia.” Luar biasa!
Maka, kata Nurul Humaidi, kalau Nabi mengatakan al-hajj arafah, itu artinya orang haji harus wukuf di Arafah untuk meresapi nilai-nilai kemanusiaan universial sebagaimana dikhotbahkannya. Yakni tentang hak asasi manusia dalam pengertian seluas-luasnya, yang meliputi kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat, hak politik, hak beragama, hak anak, hak perempuan, hak buruh, dan sebagainya.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post